Kafe di pedesaan China berinovasi tawarkan kopi dan kegiatan unik

2 months ago 12

Beijing (ANTARA) - Di Daofu, sebuah wilayah kuno di Provinsi Sichuan, China barat daya, rumah-rumah tradisional Tibet telah disulap menjadi deretan kafe menawan yang memadukan menu favorit internasional seperti kopi dengan kuliner khas lokal seperti teh mentega dan jelai dataran tinggi.

"Menikmati minuman latte dataran tinggi sambil mendengarkan lagu-lagu rakyat Tibet dan mempelajari lukisan Thangka, sungguh merupakan cara yang sempurna untuk melepas lelah!" ujar salah satu pengunjung kafe bernama Xu Xiaomei.

Di wilayah yang kaya warisan Tibet ini, kafe tidak hanya menyajikan kopi, tapi, juga mengenalkan budaya lokal.

"Bahkan cangkir kopi yang kami gunakan ini dibuat khusus dari tembikar hitam Daofu," ujar manajer di sebuah hotel Gao Yaojun, di kafe hotel tersebut.

Daofu kini menyambut lebih dari 1,5 juta kunjungan wisatawan yang berkaitan dengan kopi setiap tahunnya, yang mencerminkan maraknya budaya kafe di wilayah pedesaan China. Hingga 2024, lebih dari 44.000 kafe pedesaan telah bermunculan di seluruh China.

Untuk menjadi menonjol di antara kompetitornya, banyak kafe pedesaan mulai mengadopsi model "coffee+", yang memadukan kopi dengan berbagai kegiatan seperti mendaki, membuat kerajinan tangan, atau mengunjungi perkebunan. Menghabiskan waktu di kafe kini bukan lagi sekadar menyeruput latte, tapi, juga tentang menemukan keistimewaan di setiap tempat.

Sebagai contoh, di Provinsi Guizhou, China barat daya, sebuah kafe yang terletak di atas tebing setinggi 200 meter menjadi viral di dunia maya. Para pengunjung yang berjiwa petualang rela melakukan perjalanan menantang menembus hutan dan memanjat tebing demi mencapai kafe tersebut, dengan total biaya hampir 400 yuan (1 yuan = Rp2.277) per orang.

Kafe-kafe serupa yang juga menawarkan kegiatan pemacu adrenalin telah bermunculan di provinsi-provinsi seperti Zhejiang dan Fujian.

Di Provinsi Yunnan, China selatan, salah satu habitat utama gajah liar Asia di negara itu, para tamu di sebuah kafe di Pu'er dapat menyeruput kopi yang baru diseduh sambil mengamati gajah-gajah yang berkeliaran dan mencari makan dari kejauhan.

Beberapa kafe memilih untuk memanfaatkan hasil perkebunan mereka. Sebagai daerah penghasil kopi utama di China, Yunnan menawarkan pengunjung kesempatan untuk menikmati kopi lokal sambil menjelajahi perkebunan dan tempat pemanggangan kopi.

Di Wanning di provinsi pulau Hainan di China, kafe-kafe perkebunan kopi memungkinkan pengunjung untuk memanggang biji kopi mereka sendiri, memadukan agrowisata dengan budaya minum kopi. Ampas kopi juga dimanfaatkan kembali menjadi kerajinan ramah lingkungan seperti lukisan pasir, mural, dan aksesori beraroma.

Menjamurnya kafe pedesaan sebagian besar didorong oleh kaum urban yang menyukai rekreasi akhir pekan di alam terbuka. Pada kuartal pertama (Q1) 2025, pariwisata pedesaan di China menyambut kunjungan 707 juta wisatawan, meningkat 8,9 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pendapatannya pun mencapai 412 miliar yuan, naik 5,6 persen.

Ledakan tren kafe juga membantu menggerakkan perekonomian daerah. Di wilayah Anji, Zhejiang, sebuah wilayah pedesaan dengan penduduk kurang dari 600.000 jiwa, lebih dari 300 kafe pedesaan telah dibuka dalam beberapa tahun terakhir.

Kafe-kafe di wilayah itu sering kali beroperasi dengan model koperasi komunitas, di mana warga desa dan komunitas menginvestasikan lahan atau sumber daya dan tim manajemen bertugas menangani pengoperasian kafe. Sementara itu, keuntungan dibagi melalui sewa, upah, dan dividen.

Kafe di pedesaan China berinovasi tawarkan kopi dan kegiatan unik. (ANTARA/Xinhua)

Di Deep Blue, 127 orang stafnya rata-rata berusia 25 tahun dan memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari kedokteran hingga teknik pembuatan kapal, menurut pendiri kafe itu Cheng Shuoqin, yang tumbuh di Anji dan meluncurkan bisnisnya pada 2022 bersama enam mitra.

Maraknya kafe-kafe di pedesaan juga membalikkan arus migrasi perkotaan. Banyak wirausahawan muda kembali ke kampung halaman mereka karena tertarik dengan potensi pembangunan pedesaan.

Salah satu anak muda itu adalah Wang Han (27) dari Desa Xinzhai di Yunnan. Setelah bekerja di Shenzhen dan Kunming, Wang pulang ke kampung halamannya pada 2020 untuk membuka kafe dan bisnis kopi daring.

"Ada alasan kuat yang membuat kami ingin kembali. Sekarang, pengunjung dari seluruh China datang untuk menjelajahi perkebunan kopi kami dan mencicipi kopi buatan kami," ujar Wang.

Cheng yakin kekhawatiran tentang kejenuhan pasar masih terlalu dini. Banyak talenta muda berpendidikan tinggi yang masih mempertimbangkan keputusan untuk kembali ke desa, ujar dia.

"Semakin banyak anak muda yang kembali, semakin cerah pula masa depan pedesaan," kata Wang.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |