Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengantisipasi potensi cuaca ekstrem, termasuk pohon tumbang dan banjir rob yang kerap terjadi di sejumlah lokasi di kota metropolitan ini.
"Jadi untuk pohon tumbang, termasuk yang di Jakarta Pusat, sebenarnya saya sudah memerintahkan sudah hampir 65 ribu pohon itu dirapikan," kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Balai Kota DKI Jakarta, Sabtu.
Berbagai langkah mitigasi, mulai dari perapian puluhan ribu pohon hingga penguatan sistem pompa dan tanggul telah dilakukan untuk meminimalkan dampak bencana.
Terkait pohon tumbang yang terjadi di sejumlah lokasi akhir-akhir ini, termasuk di wilayah Jakarta Pusat, Pramono mengungkapkan bahwa pihaknya telah lebih dulu memerintahkan perapian terhadap hampir 65.000 pohon di seluruh Jakarta.
Namun, tidak semua pohon bisa ditangani secara agresif. Pramono membagi pohon di Jakarta ke dalam tiga kategori, yakni pohon berukuran sangat tinggi, sedang dan pendek.
Baca juga: Banjir rendam 10 RT dan satu ruas jalan di Jaksel
Pohon-pohon yang berukuran sangat tinggi umumnya telah berusia puluhan tahun dan tidak boleh sembarangan dipangkas atau ditebang
"Masalahnya, yang pohon tinggi sekali ini kebanyakan sudah puluhan tahun. Dan itulah pohon yang tidak boleh diutak-utik," katanya.
Menurut Pramono, pohon-pohon tua tersebut merupakan bagian penting dari identitas Jakarta sebagai kota yang rindang dan hijau.
Namun, perubahan iklim global dan anomali cuaca membuat risiko tumbangnya pohon semakin tinggi, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di berbagai kota besar di dunia.
Pramono mencontohkan fenomena serupa yang terjadi di sejumlah negara seperti Italia, Spanyol, Thailand, Jepang hingga Malaysia. Kendati demikian, Pramono menegaskan tidak ingin menjadikan anomali cuaca sebagai kambing hitam.
"Saya tidak mau menyalahkan anomali cuaca. Tanggung jawab Pemerintah Jakarta adalah tetap mempersiapkan supaya tidak terjadi kembali," ujar Pramono.
Baca juga: Jakut tingkatkan koordinasi untuk amankan Natal dan antisipasi banjir
Selain pohon tumbang, Pramono juga menyoroti kesiapsiagaan Jakarta dalam menghadapi banjir rob dan cuaca ekstrem.
Pramono mengungkapkan, saat rob terjadi selama tiga hari sebelumnya, Jakarta sebenarnya berada dalam kondisi rawan banjir besar jika tidak dilakukan langkah antisipasi.
"Kalau tidak kita lakukan modifikasi cuaca, tanggulnya kita tidak rawat, pompanya kita tidak jalankan, Jakarta pasti banjir," katanya.
Pramono menilai upaya mitigasi sering kali tidak disadari publik karena hasilnya adalah tidak terjadinya bencana. Padahal, Pemprov DKI telah persiapan sejak jauh hari.
"Dari 15 hari sebelumnya kita sudah rapat berkali-kali. Prediksinya banjir akan terjadi di Marunda, Muara Angke, Muara Baru dan sekitarnya. Tapi Alhamdulillah tidak terjadi," katanya.
Baca juga: Petugas tangani banjir rob yang rendam Jalan RE Martadinata
Terkait potensi cuaca ekstrem ke depan, Pramono menyebutkan, fase paling berisiko telah terlewati, yakni saat banjir rob terjadi bersamaan dengan fase bulan purnama (full moon).
Saat itu, kekhawatiran publik terhadap potensi Jakarta tenggelam sempat mencuat.
Pramono juga mengungkapkan adanya peringatan serius dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait risiko jebolnya tanggul apabila rob tidak tertangani.
"Pak Ahok mengingatkan secara serius,l dan saya terima kasih. Kalau tidak ditangani, jebolnya bisa sampai ke Monas," ujar Pramono.
Meski demikian, Pramomo mengakui pada periode akhir Desember 2025 hingga Januari 2026, Jakarta masih berpotensi menghadapi curah hujan tinggi.
Risiko terbesar, menurut Pramono, apabila hujan lebat terjadi bersamaan dengan naiknya air rob sehingga air tidak bisa mengalir ke laut.
Baca juga: HUT Kodam Jaya, Jakut bersih-bersih waduk dan sungai
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemprov DKI Jakarta mengandalkan lebih dari 1.200 unit pompa, terdiri dari sekitar 600 pompa portabel (mobile) dan lebih dari 600 pompa permanen (stasioner).
"Kalau rob-nya masih tertangani dan tidak naik, pompa yang kita miliki sekarang sebenarnya bisa untuk menangani Jakarta," kata Pramono.
Pramono telah menginstruksikan seluruh jajaran wilayah dan dinas terkait untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi curah hujan tinggi dan banjir pesisir (rob) menjelang akhir tahun.
Hal ini disampaikan Pramono saat memimpin Townhall Meeting bersama para camat dan lurah serta Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (3/12).
Pramono menyampaikan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai potensi peningkatan curah hujan yang diperkirakan akan terjadi mulai pekan kedua Desember 2025 hingga Januari 2026.
Curah hujan bahkan diprediksi dapat mencapai di atas 200 hingga 300 mm per hari yang dapat menyebabkan banjir di Jakarta.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































