Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho menyampaikan kerja sama antara Kementerian Agama dan Institut Leimena terus berkembang melalui integrasi Program Kurikulum Cinta dan Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB).
“Kurikulum Cinta yang menekankan nilai cinta kasih, saling menghormati, dan toleransi antarumat beragama, sejalan dengan semangat literasi keagamaan lintas budaya untuk menghormati perbedaan dan mendorong kolaborasi,” ujar Matius Ho di Jakarta, Rabu.
Matius Ho mengatakan keberhasilan program LKLB selama ini tidak terlepas dari kolaborasi konstruktif antara pemerintah dan masyarakat sipil.
Menurutnya, belajar dari krisis global yang tidak dapat dilewati hanya mengandalkan pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, melainkan diperlukan kerja sama yang kuat dan saling melengkap di antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat sipil.
“Selama ini program literasi keagamaan lintas budaya dapat berhasil dilaksanakan, karena kami bekerja sama secara konstruktif dengan pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.
Baca juga: Menag: Kurikulum cinta perlu jadi pedoman demi kehidupan yang kokoh
Konferensi LKLB tahun ini, kata dia, menghadirkan pembicara dari mitra di dalam negeri dan luar negeri, khususnya pembicara dari sejumlah negara di kawasan ASEAN untuk mendiskusikan pengembangan LKLB di kawasan Asia Tenggara seperti Sasakawa Peace Foundation dari Jepang.
"Kini literasi keagamaan lintas budaya telah menjadi bagian dari strategi ASEAN 2045 yang menargetkan pembentukan masyarakat yang inklusif dan kohesif di kawasan tersebut. Karena LKLB relevan dan semakin dikembangkan di berbagai negara di ASEAN,” kata dia.
Ia menegaskan tema konferensi internasional tahun ini adalah pendidikan dan kepercayaan sosial. Tema ini diangkat berdasarkan hasil empiris dari pelaksanaan LKLB beberapa tahun terakhir ini.
Matius Ho melihat kepercayaan sosial adalah modal penting dalam masyarakat majemuk yang sejalan dengan konsep deep learning dan tujuh kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang digagas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI.
“LKLB sangat sejalan dengan salah satu dari tujuh kebiasaan Anak Indonesia Hebat, yaitu bermasyarakat. Begitu juga dengan Kurikulum Cinta yang menekankan pembangunan rasa saling menghormati satu sama lain. Mudah-mudahan awal tahun depan sudah ada hasil pilot project yang dilakukan sejumlah peserta,” ujarnya.
Baca juga: Kemendikdasmen-Institut Leimena siap perkuat pemahaman LKLB guru
Sementara itu, Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya memperkuat kohesi sosial dan memperdalam nilai spiritualitas dalam kehidupan berbangsa agar Indonesia dapat menjadi model pluralisme yang produktif bagi dunia.
Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut menjelaskan Kementerian Agama saat ini juga tengah mengembangkan kurikulum berbasis cinta dan ekoteologi sebagai bagian dari upaya memperkuat fondasi moral dan spiritual generasi muda.
“Kami menancapkan kurikulum cinta dan ekoteologi agar lebih fundamental dalam mempersiapkan Indonesia yang lebih kompetitif di masa depan,” katanya.
Konferensi Internasional LKLB atau International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (ICCCRL) yang diadakan selama dua hari pada 11-12 November 2025 di Jakarta, merupakan kerja sama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI dan Institut Leimena, serta didukung oleh Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Hukum.
Baca juga: Institut Leimena: Musik untuk perdamaian di Maluku jadi contoh ASEAN
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































