Inovasi desain ubah wajah "Made in China" ke era berteknologi tinggi

3 months ago 27

Beijing (ANTARA) - Seiring inovasi dan desain mulai berperan sebagai mesin baru pertumbuhan, sektor manufaktur China tengah mengalami peralihan dari ekspansi berbasis skala ke transformasi berorientasi nilai.

Pada paruh pertama (H1) 2025, output yang kuat di sektor teknologi tinggi (high-tech), mulai dari pencetakan tiga dimensi (3D) dan peralatan rumah pintar (smart home) hingga kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang dipersonalisasi, menyoroti kebangkitan manufaktur pintar.

Dalam transformasi itu, desain estetika, produksi cerdas, dan branding budaya kini tengah membentuk ulang persepsi global terhadap "Made in China".

Produsen China, khususnya, tidak lagi hanya sekadar produsen, mereka menjadi penentu tren di tengah meningkatnya permintaan global terhadap produk-produk yang mengutamakan desain.

Sejumlah merek terkemuka seperti Laopu Gold, yang memadukan keahlian tradisional China dengan estetika kontemporer, menjadi yang terdepan. Toko luar negeri pertamanya di Singapura, yang diresmikan pada Juni tahun ini, telah menarik antrean panjang berjam-jam dengan lebih dari 90 persen pengunjung merupakan pelanggan baru.

Mereka tertarik dengan desain, keahlian, dan makna simbolis merek tersebut di balik produk-produknya, menurut laporan J.P. Morgan.

Didirikan 16 tahun lalu, merek itu telah mengukir ceruk baru di pasar perhiasan tradisional melalui desain dan model bisnis yang inovatif. Pada 2024, pendapatan dan laba merek itu melonjak masing-masing sebesar 166 persen dan 254 persen, sebuah tren pertumbuhan yang berlanjut hingga 2025.

Di ranah budaya pop, merek China Pop Mart telah menjadi sensasi global, dengan para penggemar mengantre hingga puluhan meter di luar sejumlah toko untuk mendapatkan boneka Labubu terbaru yang sedang tren.

"Desain merupakan daya saing inti kami," ujar seorang perwakilan perusahaan, seraya menyebut tim desain perusahaan yang beranggotakan 2.000 orang yang mengerjakan segala hal, mulai dari sketsa hingga tekstur material.

Semakin banyak produk konsumen berbasis desain yang berhasil menembus pasar internasional. Sebuah perusahaan keramik dari Provinsi Fujian di China timur, misalnya, berhasil mendapatkan pesanan senilai 2 juta yuan (1 yuan = Rp2.283) atau sekitar 280.000 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.388) di pasar luar negeri untuk peralatan makan bertema buah-buahannya.

Sementara itu, di platform e-commerce lintas perbatasan, penjualan topi kipas bertenaga surya dari Yiwu, Zhejiang, yang juga berlokasi di China timur, mencapai lebih dari setengah juta unit.

"Popularitas kerajinan emas tradisional dan merek-merek lokal seperti Labubu dan Laopu Gold menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan desain premium membentuk kembali struktur nilai manufaktur China," ujar Wu Yin, profesor di Southwestern University of Finance and Economics.

Wu mengatakan kemajuan pesat dalam teknologi digital memungkinkan elemen desain China yang kaya budaya terintegrasi lebih baik dengan produksi industri, yang terus meningkatkan nilai merek "Made in China".

Penekanan yang semakin besar pada desain dan inovasi ini didukung oleh penguatan perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) dalam periode Rencana Lima Tahun ke-14 (2021-2025).

Langkah tersebut menjadi pendorong penting bagi China dalam meraih posisi sebagai pemimpin inovasi global. Selama periode 2020 hingga 2024, total impor dan ekspor royalti HKI China tumbuh dengan laju rata-rata tahunan sebesar 5,7 persen.

Menurut Indeks Inovasi Global yang dirilis oleh Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization), China naik ke peringkat ke-11 secara global pada 2024, tetap menjadi yang berkinerja terbaik di antara negara-negara ekonomi berpendapatan menengah.

Dampak inovasi desain tidak hanya dirasakan di pasar konsumen, tetapi juga merambah ke sistem industri dan peralatan kelas atas.

Pada Pameran Rantai Pasokan Internasional China (China International Supply Chain Expo/CISCE) yang diselenggarakan bulan lalu di Beijing, gelombang baru berbagai produk pintar, mulai dari robot humanoid hingga tangan bionik, menunjukkan semakin mendalamnya peran desain industri dalam manufaktur canggih.

Direktur Lembaga Ekonomi Industri di Pusat Pengembangan Industri Informasi China Guan Bing menyatakan desain industri telah diintegrasikan ke dalam seluruh rantai nilai manufaktur melalui desain produk, inovasi proses, dan pengembangan model bisnis.

"Semakin canggih dan maju desainnya, semakin tinggi pula tuntutannya terhadap digitalisasi dan manufaktur cerdas, yang pada gilirannya mendorong peningkatan seluruh rantai produksi," kata Wu.

Di bidang EV, produsen mobil Xiaomi telah menggabungkan estetika dan otomatisasi dalam lini produk terbarunya, dengan kap mesin bergaya clamshell dan fitur warna yang dapat disesuaikan pada model YU7 yang mencerminkan preferensi konsumen baru.

Di balik layar, pabrik perusahaan itu beroperasi dengan lebih dari 700 robot, sementara teknologi pengecoran logam (die-casting) satu bagian telah memangkas jumlah komponen dari 72 menjadi 1, yang mengurangi waktu produksi hingga 74 persen.

Didorong oleh kemajuan pesat China dalam sejumlah teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), desain industri sendiri sedang mengalami transformasi yang pesat. Di perusahaan desain otomotif IAT, para insinyur kini menghasilkan konsep gaya melalui perintah suara dan perangkat AI, sehingga mempercepat siklus desain hingga 50 persen.

Sebuah laporan industri menunjukkan nilai industri AI China melampaui 700 miliar yuan pada 2024, dengan pertumbuhan tahunan di atas 20 persen selama beberapa tahun berturut-turut. Produk-produk AI lokal semakin terintegrasi ke dalam sejumlah sektor seperti desain industri, pendidikan, dan pembuatan konten, mendorong ekosistem aplikasi pintar multisektor.

Guan mengungkapkan seiring dengan semakin cepatnya gelombang baru revolusi teknologi dan transformasi industri, integrasi mendalam desain industri dan manufaktur berbantuan AI akan membuka kemungkinan lebih besar untuk manufaktur cerdas.

Namun, masih terdapat kesenjangan. Meskipun sektor manufakturnya tumbuh pesat, kemampuan inovasi China masih tertinggal, terhambat oleh ketidaksesuaian antara ekspansi industri dan lambatnya pengembangan talenta serta reformasi pendidikan.

Kesadaran dan investasi yang terbatas dalam desain, ditambah pola pikir berorientasi keuntungan jangka pendek di beberapa perusahaan, semakin memperparah tantangan tersebut.

"Untuk mendorong inovasi desain, sangat penting untuk membangun mekanisme insentif dan memperkuat perlindungan HKI," kata seorang peneliti di pusat industri di bawah Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China Ke Bin.

Ke Bin menyerukan sistem asesmen nilai untuk mendorong investasi yang lebih besar dalam desain oleh perusahaan, dan lebih banyak program pelatihan lintas disiplin yang selaras dengan kebutuhan manufaktur cerdas.

Menurut laporan McKinsey baru-baru ini, dorongan kebijakan China yang berkelanjutan untuk manufaktur cerdas dan otomasi industri, ditambah dengan terobosan dalam teknologi inovatif seperti platform internet industri dan model besar, diperkirakan akan mendorong industri otomasinya hingga mencakup lebih dari sepertiga pasar global pada 2025, dengan "pertumbuhan pesat" lebih lanjut yang diproyeksikan selama lima tahun ke depan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |