IESR nilai pembangunan bendungan PLTA harus antisipasi cuaca ekstrem

5 days ago 4

Jakarta (ANTARA) - Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai pembangunan bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) harus mengantisipasi cuaca ekstrem seperti Siklon Tropis Senyar yang menyebabkan banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

“Ke depannya, kita mungkin harus mengantisipasi kejadian ekstrem tersebut di tempat-tempat lain,” ujar Manajer Program Sistem Transformasi Energi IESR Deon Arinaldo ketika ditemui di sela-sela acara “Brown to GreenConference” yang digelar di Jakarta, Rabu.

Pernyataan tersebut merespons Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) yang menyebut adanya tekanan ekosistem Sumatera yang tidak hanya datang dari tambang minerba saja tetapi juga kehadiran pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Deon berpendapat, banjir di Sumatera diakibatkan oleh kurangnya analisis dampak lingkungan dari tata guna lahan dan kehutanan.

Semestinya, menurut dia, dokumen proyek untuk segala bentuk infrastruktur dibuka untuk publik, sehingga masyarakat bisa ikut mengawasi dampak lingkungan dari proyek tersebut.

“Jadi, ini masalah tata kelola, transparansi, menurut saya di sana akarnya. Jadi, nggak bisa menyalahkan PLTA saja,” kata Deon.

Ke depannya, lanjutnya, pembangunan infrastruktur harus sungguh-sungguh memperhitungkan pengaruhnya terhadap infrastruktur yang sudah ada, utamanya ketika melakukan pembebasan lahan dan penggundulan hutan.

“Dan yang pasti, krisis iklim itu sudah menjadi faktor (penyebab bencana) yang semakin nyata,” ujar Deon.

Batang Toru Program Manager Konservasi Indonesia Doni Latuparisa dalam telaahnya menyebutkan citra satelit memperlihatkan pola bukaan lahan yang meluas dan terfragmentasi, terutama di sekitar tambang, PLTA, dan area perkebunan besar. Setiap bukaan baru memotong fungsi ekologis hulu yang sebelumnya mampu mereduksi limpasan air dan menjaga stabilitas tanah.

Lebih lanjut, ia mengatakan ketika area terbuka semakin banyak, kemampuan ekosistem untuk menahan tekanan cuaca ekstrem pun Menurut. Pada saat yang sama, dinamika pengelolaan di area penggunaan lain yang mencakup hampir 40 persen lanskap Batang Toru menambah tekanan yang tidak kecil.

Pusdatin Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Rabu (3/12), mencatat 753 orang meninggal dunia, 650 orang hilang, dan 2.600 orang luka-luka, disertai kerusakan infrastruktur berat yang menghambat akses bantuan ke berbagai lokasi.

Presiden Prabowo Subianto melakukan peninjauan ke lokasi terdampak bencana pada Senin (1/12). Operasi modifikasi cuaca juga dilakukan oleh pemerintah di wilayah Sumatera untuk mengalihkan curah hujan dari wilayah tersebut.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |