Saint Petersburg (ANTARA) - Rusia mampu menyelesaikan semua proyek nuklirnya di luar negeri meskipun ada tekanan sanksi dan pelanggaran kewajiban oleh perusahaan-perusahaan Barat, kata Wakil Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Mikhail Chudakov kepada RIA Novosti pada Jumat.
"Sayangnya, dalam situasi ini dan karena sanksi terhadap Rusia, sejumlah proyek tertunda dalam hal pengoperasiannya karena pelanggaran kewajiban yang dikakukan perusahaan-perusahaan Barat yang bergerak di bidang teknologi produksi otomasi termal, dan pengukuran otomasi, di sirkuit kedua."
"Rusia tengah mencari cara untuk menghindari dan mengatasi penundaan yang tidak menyenangkan dalam rantai pasokan peralatan prabayar ini... Pada akhirnya, semuanya akan dibangun, diselesaikan, dan diluncurkan. Dan itu akan mengubah pandangan negara-negara ini," kata Chudakov di sela-sela Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF).
Chudakov juga berbicara positif tentang proyek-proyek Rusia untuk mengekspor pembangkit listrik tenaga nuklir (NPP) ke seluruh dunia, khususnya di Bangladesh, Turki, dan Mesir, serta di Hongaria, Iran, India, dan Cina.
Setelah proyek-proyek tersebut selesai dan beroperasi, NPP dapat digunakan dengan baik dan aman, kata Chudakov, seraya menambahkan bahwa NPP Bushehr di Iran dapat menjadi contoh yang baik untuk proyek semacam itu.
Kota St. Petersburg, Rusia, menjadi tuan rumah acara SPIEF edisi ke-28 dari 18-21 Juni dengan tema "Nilai-nilai Bersama: Fondasi Pertumbuhan di Dunia Multipolar."
Kelompok media internasional Rossiya Segodnya, yang merupakan perusahaan induk RIA Novosti, menjadi mitra informasi forum tersebut.
Sumber: RIA Novosti-OANA
Baca juga: Rusia: Serangan ke PLTN Iran bisa picu bencana besar seperti Chernobyl
Baca juga: Rusia desak Israel setop serang situs nuklir Iran
Baca juga: Putin: Rusia siap dukung pengembangan Nuklir Damai Iran
Penerjemah: Katriana
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.