HSBC Indonesia luncurkan skema kredit berbasis ESG bagi usaha menengah

1 hour ago 1

Jakarta (ANTARA) - PT Bank HSBC Indonesia meluncurkan HSBC Sustainability Improvement Loan (SIL), yaitu solusi pembiayaan yang dirancang bagi perusahaan skala menengah dengan menghubungkan secara langsung biaya kredit terhadap kinerja keberlanjutan.

Peluncuran ditandai dengan keberhasilan penyelesaian transaksi pembiayaan pertama dengan PT Bambang Djaja (BD) yaitu produsen trafo daya, distribusi, dan instrumen trafo, serta PT Bahtera Adi Jaya (Bahtera) yaitu distributor bahan kimia khusus.

“Kami meluncurkan HSBC SIL sebagai solusi pembiayaan inovatif yang dirancang untuk mengatasi kesenjangan dan memperluas akses terhadap pembiayaan berkelanjutan bagi usaha menengah,” ujar Banking Director, Corporate and Institutional Banking HSBC Indonesia Steve Andoko dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Steve menjelaskan, tujuan HSBC SIL yaitu mendukung bisnis agar dapat berkembang secara bertanggung jawab dan menavigasi kompleksitas transisi menuju ekonomi rendah karbon, sembari mengambil langkah awal yang berarti dalam mewujudkan ambisi keberlanjutan mereka.

Skema kredit HSBC SIL menghubungkan margin bunga pinjaman terhadap kinerja debitur dalam penilaian dan peringkat keberlanjutan dari EcoVadis, yaitu standar global untuk rantai pasok yang tangguh dan berkelanjutan dengan lebih dari 150.000 pemeringkatan Environmental, Social dan Governance (ESG).

“Struktur ini memberikan insentif dan dukungan bagi bisnis dari berbagai ukuran untuk mempercepat transisi menuju praktik yang lebih berkelanjutan,” ujar Steve.

Kemudian, debitur HSBC SIL yang berhasil meningkatkan skor ESG dari EcoVadis, dapat memperoleh manfaat berupa penurunan suku bunga, begitupun sebaliknya, suku bunga dapat meningkat apabila skor debitur menurun.

“Terjadi tren kenaikan, yang mana perusahaan multinasional mewajibkan mitra rantai pasok mereka untuk mematuhi standar ESG global. Tren ini berdampak terhadap berbagai sektor utama industri seperti manufaktur, agribisnis, dan energi,” ujar Steve.

Di sisi lain, Ia mengatakan mayoritas perusahaan menengah yang baru memulai proses keberlanjutan masih kesulitan untuk mengakses Sustainability-Linked Loans (SLL), terutama karena keterbatasan sumber daya untuk mengukur dan melaporkan kinerja ESG.

Dengan demikian, menurutnya, melalui penilaian skor ESG EcoVadis, perusahaan menengah dapat mengidentifikasi area kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan.

Dalam kesempatan sama, Senior Vice President Asia Pacific Japan EcoVadis Richard Bourne mengatakan SIL merupakan contoh baik yang menghubungkan langsung skema pembiayaan dengan kinerja rantai pasok, serta memberikan insentif bagi peningkatan keberlanjutan secara menyeluruh.

“Platform penilaian kami menyediakan rekomendasi praktis bagi perusahaan berbagai ukuran, termasuk usaha kecil dan menengah, untuk mengambil langkah awal yang krusial dalam perjalanan ESG, sehingga berpotensi mengakses skema pembiayaan lebih baik dan mendorong ketahanan lebih baik di seluruh rantai pasok global,” ujar Richard.

Baca juga: HSBC buka "wealth center" baru di WTC 1 dengan konsep "beyond banking"

Baca juga: HSBC: Perusahaan di Indonesia sedang transformasi menuju otomatisasi

Baca juga: Survei HSBC: Emas jadi pilihan utama bagi investor affluent Indonesia

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |