Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengingatkan bahwa pemilahan sampah harus menjadi bagian dari kesadaran kolektif masyarakat untuk menyelesaikan isu sampah di Tanah Air, yang kini tengah didorong pelaksanaannya oleh pemerintah.
"Pilah sampah ini harus menjadi kesadaran kolektif seluruh orang Indonesia," ujar Direktur Pengelolaan Sampah KLH Novrizal Tahar menjawab pertanyaan ANTARA di Jakarta, Rabu.
Pemilahan sampah sendiri menjadi salah satu bagian dari Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah yang tengah didorong KLH/Badan Pengendalian Lingkungan (BPLH), bersama empat poin pengelolaan sampah yang lain.
Novrizal menjelaskan bahwa pemilahan sampah di rumah dari organik dan anorganik, tidak hanya membantu mengurangi sampah yang berakhir di tempat pemrosesan akhir (TPA) tapi juga mendukung ekonomi sirkular dengan bahan baku daur ulang yang bersih. Sampah yang dipilah itu kemudian dapat dibawa ke bank sampah atau jasa pengumpul yang kemudian akan menjadi sumber bahan baku bagi industri daur ulang di Indonesia.
KLH/BPLH sendiri tengah mendorong Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah, dimulai dengan surat edaran yang ditujukan kepada kementerian/lembaga serta kepala daerah untuk membangun kesadaran di masyarakat.
Dalam Surat Edaran Nomor 02 Tahun 2024 tentang Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah, KLH mengimbau kampanye dan sosialisasi secara masif oleh pemerintah daerah baik secara formal lewat pendidikan maupun informal.
Selain pemilahan, KLH juga meminta didorongnya edukasi pencegahan timbulan sampah dengan tidak lagi menggunakan produk kemasan sekali pakai, berbelanja produk curah atau isi ulang degan membawa wadah sendiri, menghabiskan sisa makanan mencegah sampah organik, serta melakukan kegiatan pengkomposan.
"Kalau lima hal ini menjadi gaya hidup orang Indonesia, gaya hidup sadar sampah, 90 persen urusan sampah bisa kita selesaikan pada diri kita sendiri, pada rumah kita sendiri," katanya.
Dia mengingatkan langkah-langkah itu membutuhkan dukungan semua pihak, termasuk pemerintah daerah, mengingat sampah sisa makanan menjadi jenis sampah terbesar yaitu 39,62 persen dari total 40,1 juta ton sampah yang dihasilkan pada 2023, menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN).
Di sisi lain, komposisi sampah plastik mengalami peningkatan dalam 20 tahun terakhir, menjadi jenis sampah terbesar kedua setelah sisa makanan. Dari 10-11 persen pada 2000 menjadi 19,15 persen pada 2023, dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk dan pola produksi yang menghasilkan produk plastik sekali pakai.
Baca juga: Sampah di rest area KM 57 meningkat, Menteri LH: Harus ada pemilahan
Baca juga: Menteri LH dorong pengelola rest area bangun budaya pemilahan sampah
Baca juga: KLH pastikan lakukan sejumlah langkah atasi isu sampah perkotaan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025