GRP kenalkan produk baja keberlanjutan yang ramah lingkungan

2 months ago 47

Jakarta (ANTARA) - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), produsen baja di Indonesia, memperkenalkan dua produk baja yakni FORTISE dan FORTISE+ sebagai salah satu upaya mendukung produksi baja berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Presiden Direktur GRP Fedaus mengatakan kedua produk dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar yang semakin beragam mulai dari efisiensi biaya, ketahanan material, hingga aspek lingkungan.

"Kehadiran FORTISE dan FORTISE+ dapat memperluas kontribusi industri baja nasional dalam memenuhi kebutuhan sektor strategis, sekaligus mendukung pencapaian target jangka panjang Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 atau lebih cepat," ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan FORTISE ditujukan untuk aplikasi umum, menawarkan fleksibilitas dan efisiensi produksi bagi proyek konstruksi skala besar maupun menengah.

Sementara FORTISE+ diformulasikan untuk kebutuhan yang lebih spesifik, seperti struktur bangunan bertingkat, fasilitas industri, dan infrastruktur berat.
Produk ini memadukan antara kekuatan dan keberlanjutan.

FORTISE+ dibuat dari material baja scrap dengan kadar sekitar 75 persen, dan memiliki yield strength di atas 345 MPa, tensile strength lebih dari 450 MPa, serta tersedia dalam ketebalan hingga 120 mm.

Fedaus menyatakan peluncuran kedua produk baja tersebut merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk terus berinovasi, terutama dalam menghadirkan pilihan material baja yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kebutuhan pasar.

Sementara itu, Direktur Logam Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian Dodiet Prasetyo yang hadir pada peluncuran produk baja berkelanjutan tersebut menyatakan inisiatif pengembangan produk baja yang efisien energi dan ramah lingkungan merupakan langkah penting dalam memperkuat daya saing industri nasional di tengah transisi global menuju ekonomi hijau.

Direktur Keberlanjutan Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Kimron Manik menambahkan Kementerian PU mendorong penggunaan material konstruksi yang ramah lingkungan sejak tahap desain hingga operasional.

"Infrastruktur masa depan harus lebih cerdas, lebih hijau, dan dibangun bersama. Baja memegang peranan penting dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan adaptif," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut GRP juga menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Center for Materials Processing and Failure Analysis (CMPFA) Fakultas Teknik Universitas Indonesia terkait pengembangan pelatihan, riset bersama, serta pertukaran pengetahuan dan keahlian teknis untuk mendorong transisi industri baja nasional menuju praktik yang lebih berkelanjutan.

"Kami berharap kerja sama ini dapat mendorong terbentuknya ekosistem inovasi yang mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan di sektor baja dan membuka ruang partisipasi lebih luas bagi talenta muda Indonesia," kata Kepala CMPFA FTUI Reza Miftahul Ulum.

Penandatanganan MoU merupakan bagian dari komitmen untuk memperkuat sinergi antara industri dan dunia akademik.

Kolaborasi tersebut mencakup
mengatakan, kolaborasi ini menjadi langkah penting dalam menyatukan kapasitas riset akademik dengan kebutuhan nyata industri.

Baca juga: GRP dorong sinergi kebijakan dan Industri perkuat daya saing nasional

Baca juga: Kemendag: Besi baja hingga kelapa sawit jadi unggulan komoditas hijau

Baca juga: CSIS sebut Indonesia berpotensi jadi produsen baja hijau dunia

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |