Jakarta (ANTARA) - Gelaran Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional XXVIII Tahun 2025 di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), tidak hanya menjadi ajang syiar keagamaan, tetapi juga membawa dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“STQH tidak sekadar lomba tilawah, tetapi juga wahana untuk menunjukkan wajah Islam yang produktif dan berdaya saing. Ketika dakwah bertemu dengan ekonomi kreatif, di situlah nilai keagamaan menemukan relevansinya dalam kehidupan nyata masyarakat,” ujar Plt. Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Ahmad Zayadi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Zayadi mengatakan STQH Nasional 2025 di Kendari menjadi contoh bagaimana kegiatan keagamaan dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi daerah, yakni menghadirkan berkah tidak hanya dalam spiritualitas, tetapi juga kesejahteraan warga.
Baca juga: Gubernur: Antusiasme warga jadi bukti gema Quran dan Hadis di Sultra
Ia berharap kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan pelaku UMKM dapat terus diperkuat setelah STQH agar dampak positifnya berkelanjutan.
“Pemberdayaan ekonomi masyarakat harus menjadi bagian dari keberlanjutan program keagamaan,” katanya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sultra mencatat total omzet perdagangan selama kegiatan berlangsung diperkirakan menembus lebih dari Rp8 miliar di area pameran utama, dan potensi perputaran uang di seluruh Kendari bahkan bisa mencapai ratusan miliar rupiah.
Kepala Disperindag Sultra Rony Yakub Laute mengatakan estimasi tersebut didasarkan pada rata-rata pendapatan harian pelaku usaha yang berpartisipasi di arena STQH.
Baca juga: Kalimantan Timur raih juara umum STQH Nasional ke-28 di Sultra
“Kami prediksi satu UMKM bisa meraih omzet sekitar Rp3 juta per hari. Jika dikalikan sembilan hari dan 300 UMKM, hasilnya sekitar Rp8 miliar. Itu baru yang tercatat di area STQH saja,” ujarnya.
Ia menambahkan angka tersebut belum termasuk perputaran uang dari sekitar 16.600 pelaku UMKM di Kendari yang turut merasakan dampak positif selama pelaksanaan STQH.
“Jika seluruhnya dihitung, potensi peredaran uang bisa menembus lebih dari Rp400 miliar,” kata dia.
Menurut Rony, kegiatan nasional seperti STQH memiliki efek ganda karena ikut menggerakkan sektor perhotelan, transportasi, kuliner, dan industri oleh-oleh.
“UMKM kita mulai bergairah, hotel-hotel penuh, penjualan oleh-oleh meningkat. Ini momentum besar, karena acara sebesar ini mungkin baru akan kita dapatkan lagi 30 tahun ke depan,” ujarnya.
Baca juga: Kemenag kenalkan platform pustaka keagamaan di arena STQH Nasional
Dari ribuan pelaku UMKM di Sultra, sekitar 300 usaha berpartisipasi langsung dalam pameran STQH di Kompleks Eks MTQ Kendari. Produk unggulan daerah seperti tenun dan anyaman nentu dari Lohia, Kabupaten Muna, menjadi primadona bagi pengunjung dari berbagai provinsi.
Produk tersebut merupakan bagian dari program One Village One Product (OVOP) dan masih berstatus binaan provinsi. Selain menjadi sarana promosi, ajang ini juga memperkenalkan pelaku usaha pada sistem transaksi digital berbasis QRIS.
Baca juga: Menko PMK ajak pemuda kuasa teknologi untuk perkuat syiar Islam
“Ke depan kami akan lakukan pembinaan lanjutan karena sistem transaksi digital sudah menjadi keharusan. Ini penting untuk menyongsong acara berskala nasional berikutnya di Sulawesi Tenggara,” kata Rony.
Bank Indonesia turut mendukung pelaksanaan pameran dengan menyediakan 50 booth tambahan bagi produk kriya dan UMKM binaan, sekaligus menerapkan sistem pembayaran digital untuk mencatat transaksi secara transparan dan efisien.
“Dengan sistem digital, kita bisa mengetahui perputaran uang selama kegiatan berlangsung. Data itu sangat penting untuk evaluasi dan pengembangan UMKM ke depan,” jelas Rony.
Baca juga: Menag: STQH momentum cetak generasi Qurani unggul peduli lingkungan
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































