Jakarta (ANTARA) - Eks Kapolri Jenderal Polisi (Purn.) Tan Sri Da’i Bachtiar menekankan pentingnya edukasi guna mencegah munculnya kembali anak yang menjadi pelaku ledakan.
“Konkretnya adalah edukasi yang dimulai dari rumah. Kemudian, lingkungan, bisa lingkungan masyarakat, bisa lingkungan sekolah, dan lingkungan pergaulan juga,” katanya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Rabu.
Bachtiar menilai, peristiwa ledakan yang dilakukan oleh jaringan terorisme lebih mudah dideteksi karena polisi bisa membongkar jaringan serta tujuan perbuatan mereka.
Namun, apabila ledakan itu dilakukan oleh seorang anak, maka akan lebih sulit dideteksi karena tidak bisa ditelusuri oleh kepolisian.
“Kalau ini tidak ada tujuan, tidak ada apa-apa, hanya suatu keinginan dari seorang yang mungkin karena kurang bimbingan, dan akhirnya melahirkan suatu bencana, itu justru lebih bahaya dari sisi pencegahan,” ucapnya.
Ketua Presidium Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI) itu menilai, peristiwa seorang siswa yang meledakkan bom rakitan di SMAN 72 Jakarta Utara beberapa waktu lalu harus menjadi pelajaran agar pencegahan dimulai dari lingkungan sekitar.
“Peran dari kita semua sebagai warga masyarakat harus kembali diaktifkan untuk dapat paling tidak mendeteksi kemungkinan bahwa apa yang dilakukan oleh anak-anak kita, terutama di sekeliling kita sendiri, kita sudah harus mewaspadai,” ujarnya.
Dirinya sebagai bagian dari LCKI pun siap bersinergi dari aparat penegak hukum dalam hal pencegahan.
“Tidak cukup hanya ikut menjaga secara fisik, tetapi juga edukasi atau pendidikan bagi warga masyarakat sendiri untuk bagaimana kita juga mampu berperan, itu juga diaktifkan,” katanya.
Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Asep Edi Suheri menyebutkan terduga pelaku atau anak berkonflik dengan hukum (ABH) pada kasus ledakan di SMAN 72, Jumat (7/11), dikenal sebagai pribadi tertutup.
"Berdasarkan keterangan yang kami himpun, ABH yang terlibat dalam kasus ledakan ini dikenal sebagai pribadi yang tertutup, jarang bergaul dan dia juga memiliki ketertarikan pada konten kekerasan serta hal-hal yang ekstrem," katanya.
Sementara itu, Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Iman Imanuddin mengatakan bahwa terduga pelaku memiliki dorongan tertentu sehingga melakukan peledakan di lingkungan masjid SMAN 72.
"Dorongannya seperti merasa sendiri, merasa tidak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya, baik itu di lingkungan keluarga maupun lingkungannya sendiri dan di sekolah," ujarnya.
Pewarta: Nadia Putri Rahmani
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































