Samarinda (ANTARA) - Pengamat ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul) Purwadi Purwoharsojo mengatakan pemerintah provinsi perlu memprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan darat yang berkualitas guna mengatasi persoalan distribusi pangan di pelosok Kalimantan Timur (Kaltim) khususnya di Kabupaten Mahakam Ulu.
"Hal yang mendesak ialah pemerintah provinsi memprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan darat yang berkualitas," katanya di Samarinda, Rabu.
Menurut dia, pengiriman bantuan sembilan bahan pokok (sembako) saat terjadi bencana seperti banjir atau kekeringan ekstrem bukanlah solusi yang berkelanjutan.
"Mengirim sembako itu hanya solusi jangka pendek, ibarat pemadam kebakaran yang baru bergerak ketika ada api. Ini tidak akan menyelesaikan akar masalah," kata Purwadi.
Ia mengatakan Mahakam Ulu (Mahulu) memiliki siklus alam yang spesifik, yakni banjir parah saat musim hujan dan kekeringan ekstrem saat kemarau panjang yang menyebabkan Sungai Mahakam dangkal.
Ketergantungan pada transportasi sungai menjadi masalah utama ketika jalur tersebut tidak dapat dilalui, sehingga melumpuhkan roda perekonomian dan distribusi pangan.
Oleh karena itu, menurut dia, solusi fundamental yang harus segera diwujudkan adalah pembangunan infrastruktur jalan darat yang terkoneksi dan berkualitas tinggi.
"Akses jalan darat harus benar-benar dibangun. Bangun jalan berkualitas tol, agar mobilitas orang dan barang menjadi cepat dan efisien," katanya, menegaskan.
Purwadi menyoroti lambatnya penanganan pemerintah yang seringkali terhambat oleh alasan status jalan yang menjadi kewenangan pusat, provinsi, atau kabupaten. Menurut dia, persoalan birokrasi semacam itu seharusnya dapat diatasi melalui kolaborasi dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpin.
"Harus ada perubahan paradigma. Prioritaskan pembangunan jalan dan jembatan untuk menghubungkan antarwilayah. Itu adalah kunci untuk membuka isolasi dan menggerakkan ekonomi secara berkelanjutan di Mahulu," ujar Purwadi.
Bencana kekeringan yang melanda Mahulu menyebabkan terhambatnya jalur transportasi utama di Sungai Mahakam. Kondisi itu mengganggu distribusi barang dan jasa, terutama ke kecamatan-kecamatan di wilayah hulu yang sangat bergantung pada akses sungai.
Akibatnya, ujar dia, pasokan pangan terancam dan harga kebutuhan pokok melonjak drastis.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mahulu Agus Darmawan mengatakan harga beras kemasan 25 kilogram kini mencapai Rp800 ribu hingga Rp1 juta, sementara elpiji 12 kilogram tembus Rp800 ribu per tabung.
Menurut Agus, dampak kekeringan mulai dirasakan warga sejak pekan lalu, khususnya di tiga kampung di Kecamatan Long Apari, yakni Kampung Long Apari, Noha Tivab, dan Noha Silat, yang berdampak pada 569 jiwa.
Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.