Jakarta (ANTARA) - Head of Center of Macroeconomics and Finance Indef M. Rizal Taufikurahman memandang pemerintah perlu untuk berfokus pada tiga “mesin” utama yaitu investasi, ekspor dan digitalisasi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.
“Peningkatan investasi, terutama di sektor manufaktur bernilai tambah tinggi, harus diprioritaskan melalui insentif yang jelas dan stabilitas regulasi,” kata Rizal saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Selanjutnya terkait dengan ekspor, Rizal mengatakan bahwa ekspor perlu diarahkan kepada diversifikasi produk dan pasar, mengurangi ketergantungan pada komoditas mentah.
Kemudian, digitalisasi ekonomi, baik melalui UMKM berbasis teknologi maupun infrastruktur digital, harus didukung untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan efisiensi sektor tradisional.
“Selain itu, percepatan transisi energi hijau dapat menjadi peluang strategis untuk menarik investasi global,” imbuh Rizal.
Baca juga: Ekonom prediksi dampak PPN 12 persen kecil bagi inflasi dan BI rate
Baca juga: Indef: Kenaikan PPN diterapkan saat ekonomi masyarakat telah stabil
Ia menilai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen pada 2025 merupakan ambisi yang realistis meskipun sangat menantang.
Dengan proyeksi pertumbuhan global yang masih melambat akibat ketidakpastian geopolitik dan dampak perlambatan ekonomi di negara maju, Rizal mengingatkan bahwa Indonesia perlu memperkuat daya saing domestik.
Meski konsumsi rumah tangga dan investasi tetap menjadi motor utama, ia mengatakan bahwa target yang dipasang pemerintah berisiko meleset apabila tanpa adanya percepatan reformasi struktural seperti efisiensi birokrasi, perbaikan infrastruktur, dan penguatan kapasitas industri manufaktur.
“Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan fiskal tidak hanya populis, tetapi benar-benar mendorong produktivitas dan daya saing ekonomi jangka panjang,” kata dia.
Rizal memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2025 akan berada di kisaran 5,0-5,1 persen pada target 5,2 persen apabila situasi global tidak memburuk secara signifikan.
Meski konsumsi domestik dan investasi masih solid, ia juga mengingatkan bahwa risiko pelemahan ekspor akibat perlambatan ekonomi Tiongkok dan penurunan harga komoditas dapat menjadi penghambat.
Stabilitas inflasi dan kebijakan moneter yang tepat, ujar Rizal, akan menjadi faktor kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan.
Oleh sebab itu, menurutnya, pemerintah perlu lebih agresif dalam mengimplementasikan kebijakan pro-pertumbuhan untuk memastikan target tetap realistis dan tercapai.
Baca juga: Ekonom nilai RI perlu diversifikasi sumber impor
Baca juga: RI butuh investasi Rp13.528 triliun kejar pertumbuhan ekonomi 8 persen
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025