Ekonom: Daya tahan ekonomi RI mengesankan meski terancam perlambatan

2 months ago 18
daya tahan atau resiliensi ekonomi RI tak boleh membuat pemerintah dan pemangku kebijakan terlena.

Jakarta (ANTARA) - Head Center of Macroeconomics and Finance Indef M Rizal Taufikurahman memandang bahwa perekonomian Indonesia menunjukkan daya tahan yang mengesankan, di tengah beberapa negara maju yang terjebak resesi atau menghadapi ancaman perlambatan ekonomi.

“Dengan pertumbuhan yang stabil di kisaran 5 persen, RI diuntungkan oleh konsumsi domestik yang kuat, diversifikasi mitra dagang, serta ekspor komoditas seperti batu bara dan nikel,” kata Rizal saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Namun, Rizal mengingatkan, ketergantungan pada sektor komoditas merupakan risiko laten. Jika harga global turun atau regulasi lingkungan internasional diperketat, pendapatan ekspor dapat tergerus signifikan.

Selain itu, produktivitas tenaga kerja yang rendah dan kurangnya diversifikasi sektor industri masih menjadi penghambat utama pertumbuhan jangka panjang.

Dalam implementasinya, daya tahan atau resiliensi ekonomi RI tak boleh membuat pemerintah dan pemangku kebijakan terlena. Ketergantungan pada komoditas harus segera diimbangi dengan penguatan sektor manufaktur dan ekonomi digital.

“Selain itu, kebijakan suku bunga dan fiskal harus lebih fleksibel untuk merespons dinamika global tanpa mengorbankan daya saing ekonomi domestik,” ujar Rizal.

Di tengah ketidakpastian global, Rizal mengatakan bahwa langkah yang strategis dan reformasi struktural yang berkelanjutan akan menjadi kunci agar Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga unggul dalam kompetisi ekonomi global.

Pada triwulan I-2024, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5,11 persen secara tahunan (year on year/yoy). Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,05 persen pada triwulan II-2024 dan 4,95 persen triwulan III-2024.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN KiTa, di Jakarta, Senin (6/1), memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai kisaran 5 persen pada 2024.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yang ditetapkan sebesar 5,2 persen.

Tingkat inflasi pada 2024 berada di level 1,57 persen (yoy), jauh lebih rendah dari asumsi APBN sebesar 2,8 persen. Namun, nilai tukar rupiah tercatat berada di level Rp15.847 per dolar AS pada akhir tahun, tertekan oleh berbagai faktor global.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa ketidakpastian global, termasuk gejolak geopolitik dan pasar keuangan dunia menjadi faktor utama perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ketegangan di Timur Tengah, perlambatan ekonomi China, dan penurunan harga komoditas andalan Indonesia juga turut mempengaruhi kinerja ekonomi nasional.

Bendahara Negara itu juga mencatat dampak dari kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat. Kebijakan yang bakal diambil Trump, seperti penetapan tarif dan pendekatan ekonomi nasionalistik, kian memperburuk tekanan ekonomi global.

Baca juga: OJK: Sektor jasa keuangan stabil di tengah perlambatan ekonomi Maluku

Baca juga: Krisis energi, ancaman inflasi, dan wacana solusi stabilitas ekonomi

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |