Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi V DPR RI meminta Basarnas membenahi komunikasi publik dan distribusi informasi visual memanfaatkan kanal digital setelah evakuasi pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani menjadi sorotan internasional.
Anggota Komisi V DPR RI Daniel Mutaqien dalam rapat dengar pendapat bersama Kepala Basarnas Mohammad Syafii di Gedung Parlemen Jakarta Senin, mengatakan bahwa di era digital masyarakat dan media internasional sangat membutuhkan bukti visual agar meyakini upaya penyelamatan yang dilakukan Basarnas.
“Kejamnya era digital, semua orang butuh visual, butuh konten. Bukan hanya gubernur atau kepala daerah, aktivitas Basarnas seperti ini juga harus dikontenkan,” kata Daniel.
Baca juga: Mewujudkan wisata pendakian aman di Gunung Rinjani
Ia menyakini bahwa sejak hari pertama informasi korban hilang diterima anggota Basarnas sudah terjun ke lokasi untuk melakukan pencarian dan pertolongan, namun publik tak melihat langsung upaya itu karena tidak ada dokumentasi visual yang disebarkan cepat.
“Ini bukan soal validasi kerja, tapi agar publik tahu ada upaya nyata. Teman-teman Basarnas perlu dibekali kamera saat melaksanakan operasi SAR,” ujar Daniel, yang juga berlatar belakang sebagai pegiat pendaki gunung itu.
Daniel berharap pengalaman ini menjadi evaluasi agar penilaian lembaga SAR internasional terhadap Basarnas Indonesia, seperti International Maritime Organization (IMO), dan International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG) tetap positif meskipun insiden seperti ini terjadi.
Baca juga: Polda NTB atensiPolres Lombok Timur tangani kasus Juliana Marins
“Perhatian dunia sudah besar, jangan sampai penilaian internasional kita terus menurun,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi V DPR RI, Tom Liwafa juga mengingatkan proses evakuasi Juliana terlihat masih manual dan menyarankan Basarnas dilengkapi alat pendeteksi suhu tubuh manusia untuk membantu pencarian di medan ekstrem.
Tom juga berharap Basarnas agar melihat serius sebagai urgensi distribusi informasi ini, dari adanya serangan komentar warganet Brasil yang sampai ke akun media sosial Instagram Presiden Prabowo Subianto.
Karena itu, ia menyarankan Basarnas menyediakan penerjemah atau siaran pers resmi dalam bahasa asing yang cepat, dan tepat memanfaatkan infrastruktur komunikasinya dan juga semua kanal media nasional, agar publik luar negeri juga memahami kondisi di lapangan.
Baca juga: Yusril: Prabowo-Presiden Brazil mungkin bahas insiden Juliana Marins
“Sehingga komplain dialihkan ke kanal resmi Basarnas, bukan ke Presiden. Ini sederhana, tapi powerful,” ujar Tom.
Terlepas dari itu semua ia sangat mengapresiasi atas kerja keras tim Basarnas, TNI/Polri dan segenap relawan yang akhirnya berhasil mengevakuasi Juliana di tengah kondisi medan menantang juga keterbatasan yang dihadapi.
Juliana Marins (27) adalah pendaki asal Brasil yang dilaporkan hilang di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (21/6). Setelah lima hari pencarian, ia ditemukan di dasar jurang berbatu, sekitar 600 meter di bawah jalur pendakian utama. Upaya evakuasi berlangsung penuh risiko di medan tebing curam sebelum akhirnya korban berhasil dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia oleh tim SAR gabungan.
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.