Depok (ANTARA) - Seorang Peneliti dari Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) Dr. Edwin Adrian Sumantha merancang strategi Defend ID untuk meningkatkan daya saing industri pertahanan.
"Tantangan penguatan daya saing global serta kebutuhan alih teknologi menuntut adanya sinergi antarlembaga yang lebih solid dan inovatif," katanya di Depok, Senin.
Ia mengatakan upaya memperkuat kemandirian industri pertahanan nasional menjadi salah satu agenda strategis Pemerintah Indonesia.
Dalam disertasi yang berjudul “Desain Model Strategi Aliansi pada Defend ID dalam Menciptakan Keunggulan Kompetitif Industri Pertahanan Indonesia” mengkaji bagaimana strategi aliansi dapat dioptimalkan untuk memperkuat posisi Defend ID sebagai holding industri pertahanan nasional yang berdaya saing di tingkat global.
Penelitian tersebut menjawab tiga pertanyaan utama, yaitu mengenai kondisi aliansi strategis Defend ID saat ini, faktor-faktor kunci keberhasilan aliansi dalam menciptakan keunggulan kompetitif, serta rancangan model aliansi yang efektif untuk meningkatkan daya saing industri pertahanan.
Edwin menggunakan pendekatan mixed-method, dengan melakukan analisis kualitatif melalui diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam bersama para pemangku kepentingan di lingkungan Defend ID serta analisis kuantitatif terhadap 171 responden yang dari BUMN industri pertahanan dan para supplier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor, seperti kepercayaan antar-mitra, kesamaan visi dan tujuan strategis, struktur koordinasi yang efektif, mekanisme transfer teknologi, serta dukungan pemerintah dan kemandirian teknologi, menjadi kunci keberhasilan aliansi.
Selain itu, inovasi terbuka (open innovation) menjadi elemen penting dalam mempercepat proses alih teknologi dan memperkuat keunggulan kompetitif industri pertahanan nasional.
“Model strategi aliansi yang fleksibel, terkoordinasi, dan terintegrasi dengan mekanisme offset serta inovasi terbuka dapat meningkatkan efektivitas transfer teknologi, mempercepat pengembangan produk nasional, dan memperkuat daya saing Defend ID di pasar global,” jelas Edwin.
Berdasarkan temuan penelitian, Edwin merancang model strategi aliansi berlapis (layered model), yang terdiri atas empat lapisan utama, yaitu Fondasi Strategis, Aktivitas Organisasi, Mekanisme Aliansi, serta Hasil dan Dampak.
Model tersebut menekankan pentingnya dukungan kebijakan pemerintah, struktur koordinasi formal dan forum komunikasi rutin, mekanisme joint venture dan konsorsium, serta insentif inovasi dan peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Lebih lanjut, Edwin merekomendasikan empat pilar utama penguatan strategi aliansi Defend ID, yaitu penguatan tata kelola untuk memastikan sinergi antarlembaga yang transparan dan adaptif, penerapan Standard Operating Procedure (SOP) terpadu dari holding hingga unit usaha, perluasan kerja sama riset dan pengembangan dengan BRIN dan mitra strategis untuk memperkuat inovasi serta kemandirian teknologi pertahanan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) berkelanjutan melalui pelatihan bersertifikasi dan program kepemimpinan.
Dalam saran penelitiannya, Edwin menekankan pentingnya evaluasi berkelanjutan terhadap struktur tata kelola aliansi Defend ID serta keterlibatan pakar eksternal independen dalam penilaian SOP, indikator kinerja (KPI), dan mekanisme pengambilan keputusan strategis.
Baca juga: Wamenhan umumkan Defend ID jadi komponen pendukung pertahanan
Baca juga: Guru Besar UI dukung Prabowo dorong reformasi dan relevansi baru ASEAN
Baca juga: Tim UI perkenalkan ASBA guna atasi tantangan industri pelabuhan
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































