Baturaja (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan melakukan uji sampel air Sungai Wal yang diduga tercemar limbah dari perusahaan pertambangan batu bara milik PT Abadi Ogan Cemerlang (AOC).
Kepala Bidang Penataan Lingkungan Hidup DLH OKU, Febrianto Kuncoro di Baturaja, Selasa, mengatakan bahwa uji sampel ini dilakukan menindaklanjuti keluhan masyarakat di tujuh desa di Kecamatan Lubuk Batang.
Warga tujuh desa meliputi Desa Merbau, Sumber Bahagia, Gunung Meraksa, Bandar Agung, Tanjung Manggus, Lunggaian, dan Air Wall mengeluhkan air sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat diduga tercemar limbah akibat aktivitas tambang batu bara.
Menurutnya, kasus ini menjadi sorotan tajam atas pentingnya pengawasan lingkungan dan tanggung jawab perusahaan dalam menjaga kelestarian sumber daya alam.
Baca juga: Sungai Ciujung tercemar limbah pabrik, air bau dan tambak warga rusak
Menindaklanjuti keluhan warga, pihaknya turun ke lapangan untuk mengambil sampel air Sungai Wal untuk diuji di laboratorium.
Uji sampel dilakukan untuk memastikan air sungai yang tercemar memang benar-benar berasal dari aktivitas tambang batu bara milik PT AOC yang beroperasi di kawasan tersebut.
"Dijadwalkan pekan depan kami akan turun lagi ke lapangan untuk mengambil sampel air Sungai Lempaung yang tak jauh dari lokasi tambang. Hasil uji sampel akan diketahui selama 14 hari ke depan," ujarnya.
Anggota Komisi II DPRD OKU, Robi Vitergo meminta Dinas Lingkungan Hidup OKU untuk mengkaji ulang dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) milik PT AOC.
Baca juga: KLH siap sanksi kawasan industri agar kelola lingkungan lebih baik
“Kalau ada pelanggaran Amdal, perusahaan harus bertanggung jawab. Jangan sampai warga jadi korban demi keuntungan segelintir pihak. Komisi II DPRD OKU akan mengawal kasus ini,” tegasnya.
Sebelumnya, puluhan warga dari tujuh desa melakukan aksi protes ke lokasi tambang PT AOC di Desa Gunung Kuripan karena hak hidup mereka terancam akibat pencemaran air sungai tersebut.
"Sudah lima bulan terakhir air sungai keruh, bahkan dua bulan ini makin parah. Ini bukan lagi soal lingkungan, tapi menyangkut kelangsungan hidup kami,” ujar Devi Arista, warga Desa Bandar Agung.
Ia menambahkan bahwa masyarakat selama ini menggunakan air Sungai Wal untuk mandi, mencuci, bahkan memasak kebutuhan sehari-hari.
“Saya tinggal di Desa Bandar Agung sejak lahir. Belum pernah air sungai sekotor ini. Kami berharap pemerintah turun tangan agar masyarakat tidak dirugikan," harapnya.
Baca juga: Atasi pencemaran, Bali larang gunakan botol air mineral plastik kecil
Pewarta: Edo Purmana
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.