Dirut KITB: Bangun kawasan industri tak bisa sekedar jejeran pabrik

1 month ago 14

Kabupaten Batang (ANTARA) - Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang Ngurah Wirawan mengatakan pembangunan kawasan industri tidak bisa sekedar jejeran pabrik.

“Di berbagai belahan dunia, pembangunan kawasan industri itu tidak bisa sekedar jejeran pabrik,” ujarnya dalam seminar di Gedung Pengelola KIT Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, dikutip Senin.

Menurut dia, kawasan industri merupakan ekosistem kehidupan yang membutuhkan banyak sarana penunjang dalam rangka mewujudkan kota sehat dan baik bagi mereka yang hidup di area tersebut.

Sarana itu mencakup tempat tinggal memadai bagi jajaran manajemen, ketersediaan tempat hiburan seperti cafe, restoran, dan bar bagi para ekspatriat, termasuk tempat belanja, hingga pendidikan untuk anak-anak.

Karena itu, dia menyampaikan berbagai pembangunan KIT Batang akan dilakukan secara paralel. Dalam arti, sektor industri, destinasi pariwisata, dan kawasan-kawasan lainnya perlu dibangun secara berbarengan, tidak menunggu satu kawasan selesai dulu baru menyiapkan yang lain.

“Doakan mulai dua sampai tiga tahun ke depan akan muncul gedung-gedung hotel, apartemen, shopping mall, jejeran cafe, restoran, di garis pantai seperti di PIK 2 (Pantai Indah Kapuk) di tempat ini, selain pabrik-pabrik yang juga terus berdiri. Ini tidak nunggu dulu pabriknya banyak baru dibangun, tapi dia akan dikembangkan secara paralel,” ungkap dia.

Ngurah Wirawan menyatakan bahwa pembangunan KIT Batang hingga kini sedikit berbeda dengan keinginan pemerintah, yakni sebagai kawasan hilirisasi industri seperti adanya pabrik mobil dan motor listrik, baterai, panel surya, dan semikonduktor. Namun, pihaknya menghadapi tantangan kesulitan mencari investor yang mau menanamkan modal dengan jumlah raksasa dalam waktu cepat, sementara KIT Batang tetap harus tumbuh dan hidup demi menghidupi karyawan.

“Jadi, tetap tujuan pemerintah itu kami perjuangkan, tapi setiap tahun mungkin ada beberapa jenis pabrik yang kami terima untuk bisa beroperasi di Batang, tapi tidak selalu seperti yang diharapkan pemerintah,” katanya.

Kendati demikian, kriteria pembangunan dari pemerintah di kawasan tersebut selalu dipenuhi. Mulai dari kewajiban menciptakan lapangan kerja yang cukup, berorientasi ekspor atau substitusi impor, ramah lingkungan atau keberlanjutan, serta diharapkan dapat membangun digitalisasi ekosistem komunitas dalam rangka menciptakan lingkungan lebih terintegrasi, efisien, dan berkelanjutan.

“Dengan parameter tadi, kami berharap Batang akan tumbuh sebagai sebuah kota yang betul-betul bisa menjadi harapan pemerintah dan harapan para pengusaha, termasuk menciptakan lapangan pekerja yang dibutuhkan (mengingat) di Jawa Tengah tingkat kemiskinannya besar, UMR-nya (Upah Minimum Regional) paling rendah. Jadi, kalau 10 tahun lagi UMR-nya Jawa Tengah bisa seimbang sama (kota-kota lainnya) di Jawa Barat, mungkin kita cukup bersyukur juga. Jangan terus-terusan kita menggadang-gadangkan UMR murah, kasihan juga rakyat kita,” ucap Ngurah Wirawan.

Baca juga: KITB: Investasi sudah capai Rp16 triliun

Baca juga: Pemprov Jateng tawarkan 17 peluang investasi kepada investor

Baca juga: Pemkab Batang siapkan jaring pengaman penetapan KEK di KITB

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024

Read Entire Article
Rakyat news | | | |