Jakarta (ANTARA) - Ketua Nasional Indonesia Fashion Chamber (IFC) Lenny Agustin mengatakan perancang busana atau desainer bisa mengambil isu yang sedang berkembang di dunia sebagai inspirasi desain baju yang akan dibuat.
"Paling gampang contohnya COVID, semua isunya sama tapi act-nya beda, mungkin kalau di Amerika bilang nggak ada COVID, tapi di Indonesia pernah ketakutan, akhirnya kita nyiptain baju yang ada kantongnya atau tempat vitamin. Nah hal-hal seperti itu relatenya," kata Lenny saat berkunjung ke Antara Heritage Center, di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan ramalan tren berbusana (trend forecasting) setiap negara berbeda-beda tergantung dari peristiwa apa yang sudah terjadi di negara-negara itu.
Baca juga: Liburan ke hutan bersama Lenny Agustin
Tren yang tercipta bisa saja sama namun juga seringkali berbeda karena alasan politik lokal maupun isu yang terjadi di negaranya, maka itu Indonesia memiliki trend forcast sendiri yang sesuai dengan kondisi dan keadaan negara.
Lenny mengatakan desainer bisa mengikuti ramalan tren dengan mengambil siluet yang sedang banyak digunakan negara-negara di pusat mode dunia.
"Makanya kita bikin sendiri ramalan kita di Indonesia. Nah biasanya yang lebih sama itu adalah siluet, misalnya sekarang lagi longgar nih. Nah itu potongan-potongan siluet itu yang biasanya itu masih kita adopsi," kata Lenny.
Baca juga: Kuda Lumping serta Wajik Kediri tampil di Jakarta Fashion Week 2017
Perancang busana Funky Kebaya ini mengatakan dalam memperkenalkan ramalan tren harus dilakukan secara masif oleh semua desainer agar masyarakat umum menjadi tahu tren apa yang sedang berkembang.
Namun sering kali ramalan tren bergeser karena adanya pemengaruh atau influencer yang memperlihatkan pakaiannya yang akhirnya diikuti oleh para penggemar.
Lenny mengatakan meski ramalan tren bisa bergeser, isu yang kuat bisa menggaet masyarakat untuk kembali mengikuti tren yang dibuat dalam negeri. Seperti isu pelestarian lingkungan dengan menciptakan baju ramah lingkungan langsung pakai (ready to wear) atau menggunakan kembali baju-baju lama dengan metode penjualan thrifting.
Baca juga: Dekranasda jadikan pagelaran busana pemicu tren fesyen wastra Bali
"Seluruh dunia kan lagi isunya udah bertahun-tahun, bahkan Gen Z tuh mikirnya selalu beli produk yang Eco fashion, thrift, yang nasionalis itu bagus. Thrift kebaya aja laku banget, narasinya harus kuat banget," katanya.
Lenny juga mengatakan para desainer bisa mengikuti komunitas atau asosiasi yang menaungi desainer untuk bisa ikut menciptakan ramalan tren yang bisa diaplikasikan untuk busana di Indonesia.
Baca juga: 13 produk fesyen pria yang akan menjadi tren di 2025
Baca juga: Dian Pelangi prediksikan tren fesyen di tahun 2025
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.