Jakarta (ANTARA) - Senior Director of Investment Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) Sunata Tjiterosampurno menyoroti tiga kepastian penting bagi investor yang tertarik untuk masuk ke dalam proyek Waste-to-Energy (WTE).
“Kalau dikategorikan, yang penting ada tiga. Pertama adalah kepastian cashflow (arus kas), di mana itu bukan hanya hitung-hitungan di atas kertas, tapi berdasarkan operation and execution,” kata Sunata dalam diskusi panel Balairung Dialogue 2025 secara hibrida di Jakarta, Selasa.
Menurut Sunata, kepastian arus kas datang dari kepastian volume sampah yang harus diantar (deliver) oleh masing-masing kota ke tempat pemrosesan, serta kepastian offtaker dari PLN yang juga bagian dari Danantara Indonesia.
“Lalu, ini akan menentukan bankablity dan sustainablility dari proyek itu. Semua proyek infrastruktur tersebut mesti sustain, termasuk (dari segi) finansialnya,” ujar dia.
Hal penting kedua bagi investor adalah alokasi dari risiko sesuai dengan peran masing-masing pemangku kepentingan guna memastikan proyek WTE berjalan dengan baik.
“Simpelnya adalah siapa yang paling pantas mengambil risiko itu dan apa tugas dan peran dari masing-masing pihak, agar semuanya jalan. Alokasi risiko harus tepat: apa yang diambil oleh financial investor, apa yang diambil oleh pemerintah, oleh bank, dan oleh dana publik. Itu mesti pas,” kata Sunata lagi.
Lebih lanjut, aspek paling penting lainnya bagi investor adalah kepastian regulasi dari proyek itu sendiri.
“Ini karena pembangunan infrastruktur adalah jangka panjang, kurang lebih 15-20 tahun. Butuh perhatian dari kepastian regulasi itu sendiri. Sehingga (dampaknya) bukan hanya financial return, tapi juga economy impact,” kata Sunata.
Danantara Indonesia meluncurkan proyek WTE atau pembangunan stasiun Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) pada akhir Oktober 2025.
Danantara bersama pemerintah menargetkan pembangunan 33 stasiun PSEL di seluruh wilayah Indonesia, dengan setiap lokasi berkapasitas 1.000 ton sampah per hari dan nilai investasi mencapai Rp2 triliun hingga Rp3 triliun.
Proyek WTE merupakan solusi jangka panjang, yang dapat menyatukan isu lingkungan, kesehatan dan energi, serta untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) Indonesia tahun 2060.
Danantara menargetkan program ini bisa mengurangi 80 persen gas rumah kaca nasional, dan setiap unit PSEL menghasilkan listrik hingga 15 megawatt (MW), hingga menghemat 90 persen penggunaan lahan.
Baca juga: Danantara berencana kuasai minimal 30 persen saham di tiap proyek WTE
Baca juga: Pemerintah jamin proses izin pembangunan PSEL hanya tiga bulan
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































