Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menyebut terus memantau perkembangan banjir bandang di tiga provinsi di Pulau Sumatera serta meyakini pemerintah Indonesia dapat mengatasi dampak dari bencana tersebut.
"China terus memantau perkembangan banjir bandang yang mematikan di Sumatera, Indonesia. Kami yakin bahwa di bawah kepemimpinan pemerintah Indonesia, masyarakat di daerah terdampak bencana akan pulih dari bencana dan membangun kembali rumah mereka sesegera mungkin," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (9/12)
Guo Jiakun menyebut para pemimpin pemerintahan China, termasuk Ketua Komite Pusat Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (CPPCC) Wang Huning telah menyampaikan simpati atas bencana tersebut kepada para pejabat pemerintahan Indonesia termasuk Presiden Prabowo Subianto dan Ketua MPR RI Ahmad Muzani.
"China telah dan akan terus memberikan bantuan kemanusiaan kepada daerah terdampak dengan mempertimbangkan kebutuhan pemerintah Indonesia," ungkap Guo Jiakun.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat banjir bandang dan longsor di tiga provinsi di Pulau Sumatra mencapai 964 jiwa per 9 Desember 2025, sedangkan 264 jiwa masih hilang dan masih dalam proses pencarian.
Rinciannya, 31 jiwa masih hilang di Aceh, 138 jiwa hilang di Sumatera Utara, dan 95 jiwa hilang di Sumatera Barat serta masih ada 5.000 orang luka-luka. Sementara itu, jumlah pengungsi yang terdata berkurang dari 1.057.482 jiwa menjadi 894.101 jiwa.
Adapun fasilitas yang rusak akibat bencana tersebut meliputi 1.200 fasilitas umum, 215 fasilitas kesehatan, 584 fasilitas pendidikan, 423 rumah ibadah, 287 gedung/kantor, dan 498 jembatan.
Selain itu, terdapat juga kerusakan 156,5 ribu rumah dengan rincian 143.427 rusak berat, 2.298 rusak sedang, dan 10.808 rusak ringan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto melaporkan perkiraan biaya untuk memperbaiki kerusakan akibat bencana banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat mencapai Rp51,82 triliun dengan rincian untuk Aceh butuh anggaran Rp25,41 triliun, Sumatra Utara mencapai Rp12,88 triliun dan Sumatra Barat mencapai Rp13,52 triliun.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Sugiono menyebut Indonesia masih dapat melakukan penanganan bencana banjir dan longsor di Sumatera secara mandiri, sehingga bantuan dari negara-negara sahabat masih belum diperlukan saat ini.
Namun, Gubernur Aceh Muzakir Manaf mendatangkan lima relawan asal China untuk melakukan proses pencarian korban banjir.
Bantuan dari relawan China itu diharapkan bisa mempercepat proses pencarian korban banjir dan longsor yang saat ini belum ditemukan.
Dalam situasi di mana medan pencarian semakin sulit dan waktu semakin kritis, teknologi dari China dinilai sangat membantu terlebih karena kondisi lapangan terutama di Aceh Timur, Aceh Utara dan Aceh Tamiang masih menyisakan dugaan banyak jenazah yang belum ditemukan.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan kedatangan mereka tidak dapat dikategorikan sebagai bantuan asing. Menurutnya, relawan itu datang bukan atas nama negara maupun lembaga asing, melainkan secara pribadi untuk membantu pencarian jenazah yang diduga masih tertimbun lumpur di sejumlah wilayah terdampak.
Meski terdapat relawan dari luar negeri, Sjafrie menegaskan bahwa penanganan bencana besar yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat tetap dilakukan secara mandiri oleh pemerintah RI.
Baca juga: Kepala BNPB bantu evakuasi pasien kondisi darurat lewat jalur udara
Baca juga: Pemerintah bakal rehabilitasi UMKM dan koperasi pascatanggap darurat
Baca juga: Mensos: 39 dapur umum belanja Rp2 miliar buat pengungsi banjir Sumatra
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































