China harap Thailand-Kamboja redakan bara konflik di perbatasan

1 hour ago 3

Beijing (ANTARA) - Pemerintah China berharap agar Kamboja dan Thailand dapat sama-sama menahan diri untuk mencegah eskalasi yang kembali meningkat di perbatasan kedua negara sejak Minggu (7/12).

"Sebagai teman dan tetangga dekat Kamboja dan Thailand, China dengan tulus berharap kedua belah pihak menahan diri dan bekerja sama untuk mencegah eskalasi situasi lebih lanjut," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (9/12).

Eskalasi ketegangan kembali terjadi di perbatasan Thailand-Kamboja ketika pesawat tempur F-16 Thailand menyerang artileri Kamboja sebagai balasan atas serangan dari seberang perbatasan yang menewaskan seorang personel militer Thailand.

Militer Thailand pada Senin (8/12) mengatakan sudah melancarkan serangan balasan pada pukul 07.10 waktu setempat terhadap "instalasi dukungan senjata" Kamboja di dekat lintas Chong An Ma.

Akibatnya, Militer Thailand menyebut tiga tentaranya tewas dalam bentrokan dengan pasukan Kamboja di perbatasan, sedangkan 29 lainnya luka-luka dalam bentrokan dengan pasukan Kamboja yang terus terjadi sejak 7 Desember.

Sehari sebelumnya, sedikitnya tujuh warga sipil di Kamboja tewas akibat serangan udara jet F-16 Thailand.

"China akan terus memainkan peran konstruktif untuk meredakan ketegangan dengan caranya sendiri," tambah Guo Jiakun.

Serangan udara Thailand itu berlanjut pada Selasa (9/12) saat Tentara Kerajaan Thailand menuduh pasukan Kamboja menembakkan artileri yang merusak dua rumah warga di wilayah Ban Khok Thahan pada Senin malam.

Namun, Phnom Penh menuduh Thailand melakukan "operasi militer agresif" di wilayah Kamboja.

Hubungan kedua negara Asia Tenggara yang bertetangga itu telah memburuk sejak Juli akibat sengketa perbatasan yang memicu bentrokan fatal.

Sebelumnya pada 26 Oktober 2025, pemimpin kedua negara menandatangani gencatan senjata dan kesepakatan damai di Kuala Lumpur di hadapan Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

Pada Senin, Trump mendesak kedua negara untuk menghormati sepenuhnya gencatan senjata dan mengakhiri konflik. Anwar juga telah mendesak kedua pihak yang bertikai untuk menahan diri.

Akibat kontak senjata yang terjadi, otoritas setempat menyebut sekitar 400.000 warga Thailand dan 54.550 warga Kamboja telah dievakuasi dari wilayah perbatasan.

Perdana Menteri sekaligus Menteri Dalam Negeri Thailand Anutin Charnvirakul mengumumkan bahwa negara tersebut mengadopsi resolusi Dewan Keamanan Nasional (NSC) yang memberi izin operasi militer baru di tengah ketegangan yang meningkat di perbatasan dengan Kamboja.

"Dalam mengumumkan resolusi NSC, pemerintah akan melaksanakan langkah-langkah yang telah disepakati. Tindakan militer akan diambil dalam segala keadaan, melihat pada perkembangan situasi, dan kami berhak untuk terlibat dalam operasi militer terkait hal-hal lain yang diperlukan," ujar Charnivirakul.

Sedangkan menurut Kamboja, pihaknya telah menunjukkan “pengendalian diri maksimal” dan tidak melakukan serangan balasan, serta tetap berkomitmen pada mekanisme penyelesaian damai sesuai hukum internasional.

Kedua negara diketahui berbagi perbatasan sepanjang 800 kilometer yang melintasi wilayah jarang penduduk dan menjadi lokasi beberapa candi yang diklaim kedua belah pihak.

Baca juga: Kamboja-Thailand saling tuduh langgar gencatan senjata

Baca juga: Potret warga mengungsi setelah konflik Thailand-Kamboja pecah

Baca juga: Sekjen PBB minta Kamboja, Thailand, hindari eskalasi di perbatasan

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |