Celios sebut ekonomi digital RI hadapi tiga tantangan

1 month ago 16

Jakarta (ANTARA) - Center of Economics and Law Studies (Celios) menyebut sektor perekonomian digital Indonesia menghadapi tiga tantangan yakni penurunan investasi, kesiapan sumber daya manusia (SDM), dan kejahatan siber.

Peneliti ekonomi Celios Dyah Ayu menjelaskan penurunan daya tarik investasi terlihat dari penurunan kontribusi Indonesia terhadap total investasi digital Asia Tenggara, yakni dari 38 persen pada 2020 menjadi 25 persen pada paruh pertama 2022.

Meski masih menjadi destinasi terbesar kedua setelah Singapura, namun kehadiran Vietnam dan Filipina sebagai alternatif investasi digital makin mengetatkan persaingan regional.

“Didukung oleh stabilitas regulasi, pertumbuhan ekonomi digital, dan penetrasi teknologi,” kata Dyah di Jakarta, Kamis.

Penurunan investasi itu akhirnya menyebabkan tingginya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dikenal sebagai tech winter.

Tantangan berikutnya yaitu kesiapan SDM dalam menyambut kemajuan teknologi dan optimalisasi peluang ekonomi digital.

Celios menemukan bahwa skor Human Capital Index (HCI) Indonesia tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, dan juga China.

Dengan skor 0,54 pada 2020, jauh di bawah Vietnam (0,69) dan negara lainnya, Indonesia menunjukkan stagnasi dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja.

Di samping itu, nilai Global Digital Competitiveness Index Indonesia masih di bawah Thailand, Malaysia, dan Singapura.

“Masih rendahnya kualitas modal manusia ini menghambat daya saing Indonesia di pasar global dan menuntut upaya yang lebih besar dalam memperkuat sistem pendidikan serta pengembangan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja modern,” tambah peneliti ekonomi digital Celios Rani Septya.

Tantangan terakhir yaitu kejahatan siber yang mengintai. Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda menjelaskan nilai National Cyber Security Index Indonesia berada pada peringkat ke-48 dari 176 negara dengan skor 63,64, di bawah rata-rata global yang mencapai 67,08 poin.

Menurutnya, keadaan tersebut mengindikasikan infrastruktur keamanan siber yang belum merata.

Tingginya insiden serangan siber di media sosial, perdagangan daring, dan institusi keuangan pun memperburuk situasi keamanan data di Indonesia.

Baca juga: Menkomdigi: Digitalisasi faktor utama gerakkan ekonomi nasional

Baca juga: BI: Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap tumbuh

Baca juga: Strategi DJP tingkatkan penerimaan pajak ekonomi digital

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024

Read Entire Article
Rakyat news | | | |