Karawang, Jawa Barat (ANTARA) - Perum Bulog mengimplementasikan tiga pola kemitraan pertanian yakni kemitraan sinergis, program Makmur BUMN, dan pola mandiri, untuk memperkuat rantai pasok beras nasional dan meningkatkan kemandirian pangan nasional.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Prihasto Setyanto mengatakan pola kemitraan sinergis telah berjalan sejak 2024 mencakup 2.826 hektare di berbagai wilayah Indonesia dengan hasil produksi gabah mencapai 14.236 ton pada musim tanam pertama yang telah diserap Bulog.
"Ini tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Kemitraan sinergis ini kita bermitra dengan petani. Jadi lahannya memang lahan petani," kata Prihasto dalam kegiatan panen padi di lahan budi daya Mitra Tani Perum Bulog di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa.
Dia menyampaikan kemitraan sinergis tersebar di seluruh Indonesia di antaranya Lebak, Klaten, Banyuwangi, Palopo, Indramayu, Merauke, Cirebon, Sumedang, Grobogan hingga Sukoharjo.
"Sudah menghasilkan gabah sebanyak 14.236 ton di musim tanam pertama. Yang musim tanam kedua, sedang berlanjut," ujarnya.
Pola kemitraan sinergis Bulog dengan skema membiayai semua sarana produksi petani, yang kemudian ketika memasuki masa panen, Bulog berperan sebagai off-taker yang akan menyerap gabah petani.
"Alhamdulillah, dari kemitraan sinergis ini semua konsep kerja samanya sudah berjalan dan dalam hal ini Bulog masih tetap diuntungkan dengan kemitraan sinergis ini," jelasnya.
Pola kedua yakni program Makmur BUMN yang melibatkan kerja sama dengan PT Pupuk Indonesia serta beberapa BUMN lain mencakup lahan seluas 3.757 hektare, yang mana Bulog berperan sebagai off-taker hasil panen petani.
"Bekerja sama dengan Pupuk Indonesia, dengan BUMN lain, lahan-lahan yang tadinya milik BUMN dikerjasamakan dengan petani. Jadi, Bulog fungsinya sebagai off-taker di dalam kegiatan pola ini," ucapnya.
Kemudian, pola ketiga yaitu mandiri Bulog, dijalankan di atas aset lahan milik perusahaan BUMN pangan tersebut seperti di Kepuh, Cikalong, Marunda, dan Cibitung, dengan total luasan mencapai lebih dari 60 hektare.
Kegiatan pertanian mandiri di Kepuh menghasilkan peningkatan signifikan, dari 4,3 ton menjadi 7,2 ton per hektare, menunjukkan keberhasilan penerapan teknologi dan sistem budidaya modern yang diterapkan.
Bulog menggunakan benih unggul dari Balai Besar Tanaman Padi serta menerapkan pemupukan berbasis drone yang efisien dan tepat waktu, hasil kerja sama dengan Pupuk Indonesia untuk meningkatkan produktivitas.
Skema penyerapan gabah dilakukan secara fleksibel, menggunakan public service obligation (PSO) untuk harga di bawah Rp6.500 per kg dan skema komersial untuk harga di atasnya, menjaga keseimbangan antara efisiensi dan keuntungan petani.
Dengan penerapan tiga pola kemitraan tersebut, Bulog menunjukkan peran aktif sebagai penggerak utama peningkatan produktivitas, efisiensi, dan kemandirian sektor pertanian nasional berbasis kolaborasi dan inovasi.
"Jadi teman-teman dari PMO (project management office) Mitra Tani Bulog, selama lokasinya ada, lahannya clear and clean, tidak bermasalah dengan masyarakat yang ada di sekitar sana, kita akan garap untuk memberikan satu produksi yang kita hasilkan untuk Perum Bulog," kata Prihasto.
Baca juga: Bulog optimalkan aset dorong produksi padi unggul 7,2 ton/hektare
Baca juga: Bulog perkuat intervensi wilayah 3TP untuk perluas akses beras SPHP
Baca juga: Dirut Bulog pastikan kualitas beras terjamin dari petani Indonesia
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.














































