Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mengkaji lebih dalam soal jamur endofit yang memiliki potensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan obat-obatan baru.
Peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN Ahmad Fathoni dalam diskusi di Jakarta, Selasa, menjelaskan bahwa jamur endofit merupakan mikroorganisme yang hidup dalam jaringan tumbuhan tanpa menimbulkan efek negatif bagi inangnya.
"Jamur endofit juga dapat menghasilkan beragam metabolis sekunder bioaktif," kata Fathoni.
Fathoni menyebutkan berbagai senyawa bioaktif dari jamur endofit memiliki aktivitas biologis penting, mulai dari antibakteri, antijamur, hingga antidislipidemia.
"Terdapat senyawa seperti episitoskirin dari jamur endofit yang berfungsi sebagai antibakteri dan antikanker, serta senyawa mikafungin yang berfungsi sebagai antijamur," katanya.
Selain itu, jamur endofit juga mampu menghasilkan senyawa simvastatin yang bermanfaat untuk terapi dislipidemia.
"Kehadiran jamur endofit menciptakan hubungan simbiosis dengan tumbuhan inang yang memberikan manfaat penting seperti perlindungan terhadap stres lingkungan, serangan patogen, maupun gangguan herbivora," ujar Fathoni.
Baca juga: Spesies baru jamur morel ditemukan di Gunung Rinjani
Fathoni memaparkan penelitian yang dilakukannya hingga tahun 2021 menunjukkan terdapat 1.832 isolat jamur endofit yang berhasil dikoleksi dari berbagai daerah seperti Sumba, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat.
Dari isolat tersebut ditemukan aktivitas biologis meliputi anti-Mycobacterium tuberculosis, anti-Mycobacterium smegmatis, hingga aktivitas antikanker.
Selain kemampuan memproduksi metabolit sekunder, jamur endofit juga berperan dalam biotransformasi senyawa dari inangnya. Proses ini memungkinkan modifikasi molekul bioaktif menjadi turunan baru dengan sifat farmakologis lebih baik.
"Keunggulan utama proses ini terletak pada pemanfaatan reaksi enzimatik yang berlangsung dalam kondisi ringan, ramah lingkungan, hemat energi, dan tidak memerlukan penggunaan larut toksik," kata Fathoni.
Ia menambahkan, kajian ini juga dilatarbelakangi oleh meningkatnya kebutuhan senyawa antibakteri, antimikobakteri, dan antijamur akibat resistensi terhadap obat yang ada.
Selain itu, jamur endofit dinilai berpotensi menjadi sumber antioksidan alami yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit degeneratif maupun sebagai bahan suplemen kesehatan.
Baca juga: BRIN catat ada 2.850 spesies tanaman obat di Indonesia
"Jamur endofit tidak hanya berfungsi sebagai pabrik alami namun juga sebagai agen bioteknologi yang mampu menghasilkan sinyal bioaktif inovatif untuk mendukung pengembangan obat-obat baru yang lebih efektif dan berkelanjutan," tutur Ahmad Fathoni.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.