BPOM-Kementan teken MoU tingkatkan daya saing produk pertanian

1 month ago 10

Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan pihaknya menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Kementerian Pertanian guna meningkatkan pengawasan obat dan makanan dalam rangka peningkatan keamanan, mutu, gizi, dan daya saing produk pertanian.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, Kepala BPOM Taruna Ikrar menjelaskan produk pertanian yang dimaksud adalah semua hasil yang berasal dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan serta peternakan dalam suatu agroekosistem yang masih segar atau telah diolah.

“Selain itu, MoU ini bertujuan untuk memperkuat integritas peredaran bahan obat dan obat, termasuk pengendalian resistensi antimikroba di sektor kesehatan manusia dan hewan,” kata Taruna.

“Khusus untuk pengembangan obat yang asli dari Indonesia potensinya bisa mencapai Rp300 triliun setiap tahun. Kami berkomitmen siap mendukung dalam mengembangkan obat dan makanan segar asli Indonesia,” kata dia melanjutkan.

Baca juga: BPOM gencarkan tiga inisiatif dukung eliminasi TB nasional

Baca juga: Waspada minyak goreng daur ulang, kenali ciri dan cara mengeceknya

Tujuan lain dari MoU itu adalah menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertanian dalam meningkatkan kapasitas pelaku usaha, utamanya pelaku usaha yang memproduksi dan/atau mengedarkan obat dan makanan yang berasal dari produk pertanian.

Dalam keterangan yang sama, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan bahwa kolaborasi dengan BPOM merupakan peluang besar bagi seluruh masyarakat.

"Sesuai dengan arahan Bapak Presiden, yaitu satu desa satu koperasi. Di dalam koperasi tersebut dicanangkan akan terdapat apotek, maka dari itu, kami membutuhkan sinergisme dan sosialisasi regulasi, kebijakan, dan standar pengawasan BPOM dalam menjamin pangan bergizi, obat herbal berstandar, dan juga kosmetik aman yang beredar di masyarakat," kata Andi menuturkan.

Pihaknya siap mendukung BPOM dalam mengawasi perkembangan produksi obat herbal dalam negeri yang berdaya saing dan dapat dijangkau oleh masyarakat dengan harga yang lebih murah, serta terjamin mutu dan khasiatnya untuk meningkatkan perekonomian.

Andi juga berbagi cerita mengenai pengalamannya dalam mengonsumsi obat herbal yang disebut diperolehnya dari luar Indonesia, untuk menggambarkan permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangan obat di dalam negeri.

“Masalah obat, potensinya besar. Ini saya dapat obat dari Cina, satunya harganya Rp25 juta, obat untuk stroke dan ini obat luar biasa. Nah, kalau dikembangkan dengan bahan lokal, ini potensinya luar biasa,” katanya.*

Baca juga: Mentan segera cek pengusaha beras nakal ubah kemasan medium ke premium

Baca juga: Kementan siapkan 4 ton benih untuk budi daya padi gogo di Manokwari

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |