BNPT: Perempuan harus jadi penguat ideologi hadapi transformasi teror

2 months ago 7

Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan peran perempuan sebagai penguat ideologi diperlukan untuk menyikapi transformasi peran perempuan dalam aktivitas terorisme.

Kepala Sub Direktorat Intelijen BNPT Komisaris Besar Polisi Bayu Wijanarko mengatakan,
terdapat transformasi perubahan peran perempuan dari zaman pergerakan Jamaah Islamiyah (JI) hingga Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"Mereka menjadikan perempuan lebih aktif untuk melakukan aktivitas terorisme, ya kami juga menggunakan counter-nya perempuan sebagai enabler untuk penguatan ideologi di masyarakat," kata Kombes Pol. Bayu dalam keterangan tertulis yang dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Maka dari itu, dirinya mengapresiasi peluncuran buku berjudul Keluar dari Jerat Kekerasan karya Dr. Leebarty Taskarina di Jakarta, Jumat (4/7), yang berisikan pengalaman 20 perempuan tentang perannya dalam jaringan terorisme, latar belakang, hingga bagaimana mereka mengambil keputusan secara sadar untuk bergabung dalam kelompok ideologi kekerasan.

Dia menilai buku tersebut dapat membantu para pembacanya untuk memahami bagaimana dan mengapa seorang perempuan, yang sejatinya memiliki nilai keibuan, justru secara sengaja atau tidak sengaja menjadi aktor penting di dalam berbagai peristiwa atau aktivitas terorisme.

Dengan demikian, sambung dia, buku itu bisa menjadi salah satu rujukan dalam strategi intervensi di dalam dunia pencegahan terorisme, khususnya kepada wanita atau ibu.

Sementara itu, pakar terorisme Solahudin mengatakan bahwa pada saat ini jumlah perempuan yang ikut terlibat dalam aksi teror meningkat dari periode sebelumnya lantaran taktik jaringan teror menjadikan perempuan sebagai penarik sorotan media demi mencapai tujuannya, yakni menyebar rasa takut.

"Penting untuk kita mengetahui terjadi perubahan landscape terorisme di Indonesia, yakni keterlibatan perempuan," tutur Solahudin.

Dia membeberkan bahwa perempuan yang terlibat dalam kasus tindak pidana terorisme saat ini tercatat sekitar 55 orang atau lima kali lipat dari periode sebelumnya.

Dijelaskan bahwa hal tersebut karena tujuan jaringan teror, yaitu menyebarkan rasa takut dan memerlukan media, di mana media berkaitan dengan nilai berita sehingga laki-laki menjadi pelaku teror sudah biasa tetapi jika perempuan terlihat luar biasa dan media pasti tertarik.

Penulis buku, Leebarty Taskarina pun berharap berbagai kisah perempuan yang ada di dalam buku tersebut membuat masyarakat memahami kompleksitas keterlibatan perempuan dalam terorisme bukan dengan kaca mata penghakiman, melainkan dengan lensa kemanusiaan dan dapat memperkaya khazanah literasi Indonesia di bidang perempuan dan terorisme.

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Azhari
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |