Jakarta (ANTARA) - Program Baznas Microfinance Masjid Berdaya Berdampak (BMM Madada) kerja sama Kementerian Agama dengan Baznas mendorong pemberdayaan ekonomi umat sekaligus menekan ketergantungan masyarakat terhadap pinjaman online (pinjol), kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Abu Rokhmad.
"Masjid berdaya adalah masjid yang memiliki kapasitas dan sumber daya untuk bertindak, sementara masjid berdampak adalah masjid yang mampu menghadirkan perubahan positif bagi lingkungannya," ujarnya di Jakarta, Rabu.
Ia menyatakan program ini bagian dari strategi Masjid Berdaya dan Berdampak (Madada) yang menekankan masjid sebagai pusat ibadah sekaligus motor penggerak kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Ia menjelaskan transformasi fungsi masjid dari pusat ibadah tradisional menjadi pusat pemberdayaan ekonomi dan sosial harus menjadi langkah nyata agar masjid tetap relevan pada era modern.
"Melalui kolaborasi dengan Baznas (Badan Amil Zakat Nasional), LAZ (Lembaga Amil Zakat), BWI (Badan Wakaf Indonesia), BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), CSR (Corporate Social Responsibility), dan ormas Islam, masjid bisa menjadi pusat inovasi yang memberi manfaat langsung bagi jamaah," katanya.
Baca juga: Kemenag gandeng sejumlah lembaga strategis revitalisasi peran masjid
BMM Madada dirancang sebagai pinjaman lunak tanpa bunga yang disalurkan melalui masjid-masjid. Program ini menargetkan potensi penerima yang memiliki kapasitas usaha, sekaligus mengubah status mereka dari penerima bantuan menjadi muzaki aktif.
"Dulu mereka hanya menerima bantuan, kini mereka bisa berperan sebagai pemberi. Banyak cerita sukses yang muncul dari program ini," kata dia.
Selain aspek ekonomi, ia menyoroti inisiatif lingkungan dan edukasi. Masjid yang berdaya tidak hanya memperhatikan kesejahteraan jamaah, akan tetapi juga lingkungan sekitar, termasuk program penghijauan dan penanaman pohon di sekitar masjid percontohan.
"Masjid harus bersih, indah, dan hijau. Ini bagian dari bentuk dakwah yang kontekstual," kata Abu.
Ia berharap, BMM Madada akan menjadi model masjid berdaya dan berdampak di seluruh Indonesia, mendorong ekonomi jamaah, menjaga lingkungan, dan membangun peradaban Islam yang inklusif.
Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag Arsad Hidayat menjelaskan mekanisme BMM Madada secara rinci.
Pijaman lunak ini diberikan melalui masjid dengan besaran hingga Rp150 juta per masjid, untuk warga yang dinilai memiliki kapasitas usaha atau potensi bisnis.
"Program ini bukan sekadar bantuan, tetapi investasi untuk memberdayakan masyarakat agar mandiri secara ekonomi," katanya.
Ia mengatakan BMM Madada memfasilitasi hubungan langsung antara penerima dengan masjid sebagai mediator, sekaligus membangun ekosistem usaha kecil yang berkelanjutan.
Dengan demikian, katanya, masyarakat tidak perlu lagi bergantung pada pinjol berbunga tinggi yang sering memberatkan.
Ia mengungkapkan keberhasilan program dalam mengubah penerima bantuan menjadi muzaki yang aktif berkontribusi kepada masjid.
"Ini model pengembangan ekonomi umat berbasis masjid yang efektif. Banyak penerima awal kini mampu memberi kembali kepada jamaah lainnya," katanya.
Baca juga: Kemenag paparkan program penguatan peran Masjid Berdaya dan Berdampak
Baca juga: Kemenag: 34 masjid jadi percontohan program pemberdayaan umat
Baca juga: Baznas RI berdayakan mustahik di Sumbar lewat program BMM dan ZAuto
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.