Manado (ANTARA) - Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Manado, Sulawesi Utara Muhammad Zulkifli mengatakan BMKG saat ini tengah mengembangkan sistem peringatan dini Merah Putih.
"Ini inovasi teknologi lokal untuk memperkuat sistem deteksi dan peringatan dini gempa bumi serta tsunami di Indonesia," kata Muhammad Zulkifli di Manado, Rabu.
Baca juga: BMKG kembangkan pusat kendali ganda sistem peringatan dini nasional
Sistem ini, kata dia, mencakup beberapa komponen utama, sistem pemprosesan (sispro) Merah Putih berbasis kecerdasan buatan untuk mempercepat analisis gempa dan potensi tsunami.
"Model ini hasil kerja sama dengan BRIN untuk mensimulasikan skenario tsunami secara akurat," kata dia.
Tujuan utama pengembangan sistem ini, menurut Muhammad Zulkifli, untuk meningkatkan kemandirian teknologi nasional dalam sistem peringatan dini, sehingga Indonesia tidak terlalu bergantung pada teknologi asing.
Selain itu, sistem ini juga dirancang untuk mempercepat dan meningkatkan akurasi deteksi gempa serta potensi tsunami, termasuk dengan menambahkan parameter baru seperti kedalaman sumber gempa ke dalam pemodelan peringatan dini.
"Sistem Merah Putih ini juga menjadi bagian dari penguatan sistem peringatan dini multibahaya (multi-hazard early warning system) yang dikembangkan oleh BMKG, mencakup gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrem, dan iklim," sebutnya.
Baca juga: Anggota DPR minta BNPB perkuat sistem peringatan dini bencana
Baca juga: IFRC apresiasi pemasangan sistem peringatan dini bencana di Sekotong
Menurut dia, sistem tersebut masih dalam tahap integrasi dan uji operasional, namun diharapkan ke depan dapat menjadi tulang punggung Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS ) yang lebih cepat, akurat, dan sepenuhnya berbasis inovasi dalam negeri.
Pengembangannya dilakukan melalui kolaborasi berbagai lembaga, seperti BRIN, ITB, UGM, dan BMKG untuk memperkuat kapasitas riset, pemodelan, serta implementasi sistem peringatan dini nasional.
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































