Jakarta (ANTARA) - Badan Gizi Nasional (BGN) membuktikan hasil uji laboratorium dari insiden keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, bukan disebabkan dari kualitas air yang buruk.
"Hasil temuan kami di lapangan yang terkonfirmasi dari hasil uji laboratorium, menunjukkan bahwa air yang digunakan pada enam Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Bandung Barat telah memenuhi syarat,” kata Ketua Tim Investigasi Independen BGN Arie Karimah Muhammad dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Dari hasil analisis fisik, kimia, dan mikrobiologi air, yang digunakan di enam SPPG tersebut yakni SPPG Cipongkor Cijambu, Cipongkor Neglasari, Cisarua Jambudipa, Cisarua Pasirlangu, Lembang Kayu Ambon, dan Lembang Cibodas 2, ditemukan bahwa air yang digunakan telah memenuhi syarat.
Analisis dilakukan oleh Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) Kabupaten Bandung Barat sejak 23 Oktober 2025. Dari hasil analisis tersebut ditemukan zat kimia dan mikrobiologi air yang digunakan pada enam SPPG di Bandung Barat semua memenuhi syarat.
Baca juga: BGN ungkap nitrit pada melon picu keracunan MBG di Bandung Barat
"Jadi soal kualitas air bersih di enam SPPG itu sudah jelas, tidak perlu menjadi perdebatan lagi," ujar Arie.
Di Bandung Barat, ada tujuh SPPG yang ditengarai menjadi sumber insiden keracunan MBG setelah para siswa mengkonsumsi makanan yang dihidangkan selama bulan September dan Oktober 2025. Ratusan siswa terdampak dalam masing-masing kasus itu.
Berdasarkan hasil uji laboratorium, air yang digunakan di SPPG Cihampelas tidak memenuhi syarat untuk cemaran mangan dan zat besi, serta koloni bakteri Coliform. Untuk itu, guna menghindari kontaminasi, BGN mewajibkan seluruh SPPG untuk memasak MBG menggunakan air galon.
"BGN tetap mewajibkan seluruh SPPG untuk memasak hidangan MBG dengan air dari kemasan galon yang telah tersertifikasi," tutur Arie.
Baca juga: BGN wajibkan SPPG masak dengan air galon guna cegah keracunan
Sebagai informasi, insiden keracunan MBG pertama di Kabupaten Bandung Barat terjadi pada 26 September 2025. Hidangan berasal dari tiga SPPG yakni SPPG Cipongkor Cijambu, SPPG Cipongkor Neglasari, dan SPPG Cihampelas.
Hasil investigasi sudah dilaporkan pada 17 Oktober 2025 lalu, dengan penyebab tingginya cemaran nitrit pada melon dan lotek (makanan khas Jawa Barat yang terdiri dari sayur-sayuran ditaburi bumbu kacang, biasanya dilengkapi protein tempe atau tahu).
Kasus keracunan MBG selanjutnya melibatkan dua SPPG di Cisarua yakni SPPG Cisarua Jambudipa pada 14 Oktober 2025 dan SPPG Cisarua Pasirlangu pada 15 Oktober 2025.
"Dalam dua kasus ini insiden tidak bisa dianalisis lebih lanjut, karena tim investigasi independen tidak memperoleh data hasil uji laboratorium terhadap makanan yang disajikan," ujar Arie.
Baca juga: Bakteri Salmonella penyebab keracunan siswa di Bandung Barat
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































