Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China kembali membantah tuduhan Institut Virologi Wuhan ikut menciptakan atau membocorkan virus SARS-CoV-2 yang menjadi asal pandemi COVID-19.
"China telah menjelaskan lebih dari sekali bahwa Institut Virologi Wuhan tidak pernah terlibat dalam studi perolehan fungsi virus corona. Tidak pernah merancang, membuat atau membocorkan COVID-19," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu (12/2).
Sebelumnya media di Amerika Serikat melaporkan Badan bantuan luar negeri AS (The United States Agency for International Development atau USAID) berdasarkan lembar fakta "pemborosan dan penyalahgunaan" yang dirilis Gedung Putih pada 3 Februari 2025 bahwa USAID telah memberikan jutaan dolar kepada "EcoHealth Alliance", sebuah organisasi yang berbasis di New York yang bekerja untuk perlindungan terhadap penyakit menular.
Organisasi itu memberikan hibah termasuk kepada Institut Virologi Wuhan dalam penelitian virus corona yang menyebabkan pandemi COVID-19 dan belakangan dituduh sebagai virus rekayasa yang lolos dari laboratorium.
"Terkait penelusuran asal-usul virus, China dengan tegas menentang segala bentuk manipulasi politik. AS perlu mengintrospeksi diri, alih-alih mengabaikan tanggung jawab kepada pihak lain," tambah Guo Jiakun.
Penelusuran asal-usul virus, ungkap Guo Jiakun, adalah masalah sains dan penilaian apa pun tentangnya harus dibuat dengan semangat berbasis sains dan oleh para ilmuwan.
"Sangat tidak mungkin bila pandemi disebabkan oleh kebocoran laboratorium. Hal ini adalah kesimpulan resmi yang dicapai oleh para ahli misi gabungan WHO-China berdasarkan sains setelah kunjungan lapangan mereka ke laboratorium di Wuhan dan komunikasi mendalam dengan para peneliti," ungkap Guo Jiakun.
Guo Jiakun mengatakan kesimpulan tersebut juga telah diakui secara luas oleh komunitas internasional, termasuk komunitas sains.
Disebutkan bahwa EcoHealth Alliance, mantan presidennya Peter Daszak, dan Institut Virologi Wuhan dilarang menerima dana federal selama pemerintahan Biden karena gagal mematuhi pembatasan dan persyaratan transparansi terkait eksperimen virologi yang mereka lakukan di Wuhan.
Antara 2009 - 2019, USAID menghabiskan 210 juta dolar AS untuk program PREDICT yang mengumpulkan sampel virus di banyak negara dan mengirimkannya ke puluhan laboratorium untuk penelitian lebih lanjut. Laboratorium itu termasuk Institut Virologi Wuhan yang pada 2019 memiliki lebih 11 ribu sampel virus program PREDICT.
Dalam beberapa tahun terakhir disebutkan USAID semakin membingkai pendanaannya untuk program-program terkait China sebagai strategi untuk menahan ekspansi global China melalui bantuan dan investasi.
USAID sendiri memiliki anggaran tahunan lebih dari 40 miliar dolar AS dan mengelola program bantuan di seluruh dunia, termasuk program terkait China yang telah menjadi sasaran kritik oleh Gedung Putih.
Presiden AS Donald Trump juga sudah memerintahkan penutupan USAID lewat akun sosial media X dan didukung pernyataan Elon Musk sebagai Kepala dari "Department of Government Efficiency" (DOGE) yaitu badan pemerintah AS yang baru untuk melakukan efisiensi anggaran federal yang menuduh USAID "(mendanai) penelitian senjata biologis, termasuk COVID-19, yang menewaskan jutaan orang."
Baca juga: China minta AS berhenti manipulasi isu asal-usul COVID-19
Baca juga: Beijing bantah CIA soal sumber COVID-19 dari kebocoran laboratorium
Baca juga: Laporan: CIA duga kebocoran laboratorium sebagai asal COVID-19
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025