Begini dilema sisi ekonomi dan kesehatan dari Ranperda KTR

3 months ago 9

Jakarta (ANTARA) - Anggota DPRD DKI Jakarta Farah Savira menyoroti sisi ekonomi maupun kesehatan dari Rencana Peraturan Daerah (Ranperda) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang sulit untuk disatukan.

"Dengan adanya tantangan ini, justru kita juga harus berpikir dengan cermat dan seksama perspektif kedua belah baik ekonomi dan kesehatan," kata Farah saat dijumpai dalam Diskusi Publik tentang Kebijakan "Kawasan Tanpa Rokok" di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa.

Farah mengatakan, peraturan tersebut bahkan belum dibahas lagi sepenuhnya hingga saat ini. "Karena ini nggak akan pernah ketemu. Ini kayak minyak sama air saja," katanya.

Farah mengungkapkan bahwa hari ini mendapatkan revisi dari biro hukum dan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta. Farah mengatakan pihaknya masih sangat terbuka untuk segala masukan tentang Ranperda KTR.

"Jangan khawatir, memang tidak mudah melahirkan kebijakan yang netral. Tapi kita juga mempertimbangkan semuanya. Itu yang bisa saya jamin," kata Farah.

Baca juga: Ranperda KTR bisa jadi awal yang baik untuk ciptakan lingkungan sehat

Kendati demikian, Farah berharap seluruh pihak bisa melihat dan mengambil keputusan yang adil dari dua sisi tersebut.

"Sehingga para pedagang-pedagang khususnya di warung-warung kecil nantinya tak terlalu terdampak namun Jakarta juga tetap bisa menciptakan lingkungan yang sehat," katanya.

Terlepas dari munculnya komentar pro dan kontra dari Ranperda KTR, Farah menjelaskan bahwa pihaknya menilai bahwa aturan ini memang perlu ditegakkan.

Sebab, kata legislator dari Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta tersebut, efek dari rokok cukup besar bagi anak-anak maupun orang dewasa.

Baca juga: Ranperda Kawasan Tanpa Rokok atur denda administrasi hingga Rp50 juta

Nantinya jika aturan tersebut sudah ditetapkan, Farah berharap pihak terkait dari hulu ke hilir memiliki kesadaran tentang efek dari rokok.

"Kita harus giatkan ke pedagang-pedagang kita baik di warung atau 'modern market', bagaimana selama ini yang menjadi 'concern' Dinkes dan lain-lain adalah soal isu kesehatannya. Murni itu saja. Nggak ada apa-apa," kata Farah.

Dia juga berharap DKI Jakarta nantinya bisa menjadi wilayah yang sehat, nyaman dan inklusif untuk seluruh masyarakat tanpa mengurangi hak atau kebiasaan yang sudah berjalan.

“Karena mau ada perda-nya atau nggak, kebiasaan akan terus berjalan. Kita nggak akan bisa memberhentikan perilaku sepenuhnya," katanya.

Tapi harus ada pengaturan. "Jangan sampai yang selama ini mendapat dampak itu juga jadi kena," kata Farah.

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |