Jakarta (ANTARA) - Setiap orang tua pasti pernah mengalami saat balita tiba-tiba marah, menangis kencang, atau melempar barang karena kesal. Kondisi ini sering membuat orang tua kewalahan, apalagi jika terjadi di tempat umum atau saat sedang lelah.
Padahal, di balik ledakan emosinya, anak sebenarnya sedang berusaha menyampaikan apa yang mereka rasakan, hanya saja belum tahu caranya.
Karena itu, penting bagi orang tua untuk membantu anak belajar mengenali dan mengekspresikan emosinya dengan cara yang lebih sehat, tanpa memendam atau meledak-ledak.
Kenapa balita sering sulit mengendalikan emosi?
Di usia balita, anak memang sudah bisa merasakan emosi dengan sangat kuat, tetapi belum memiliki kemampuan untuk mengendalikannya. Otak mereka belum sepenuhnya berkembang, khususnya bagian yang berfungsi mengatur emosi dan mengambil keputusan secara tenang. Itulah mengapa anak sering bereaksi spontan saat marah atau kecewa.
Selain itu, pengalaman orang tua dalam menghadapi emosi, khususnya amarah, juga turut mempengaruhi cara mereka merespons kemarahan anak. Ada yang cenderung membentak, ada pula yang mengabaikan. Padahal, kemampuan orang tua mengatur emosi saat anak marah justru menjadi contoh penting bagi anak dalam belajar mengelola emosinya kelak.
Pentingnya mengajarkan anak mengenali emosi
Sebelum anak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, orang tua perlu mengenalkan dasar-dasar emosi. Mulai dari mengenali apa yang dirasakan tubuh, seperti jantung berdebar atau tangan mengepal saat marah, lalu mengajarkan anak menyebutkan nama emosinya, seperti “sedih”, “marah” atau “takut”. Selain itu, penting juga untuk membantu anak memahami bahwa semua perasaan itu wajar, tapi ada cara yang baik untuk mengekspresikannya.
Cara membantu anak mengelola emosi
1. Ciptakan suasana rumah yang tenang
Di tengah aktivitas yang padat, suasana rumah bisa menjadi tempat terbaik untuk anak menenangkan diri. Cobalah:
- Mematikan TV, gadget, atau perangkat hiburan lain.
- Meredupkan lampu.
- Memutar musik yang menenangkan.
- Membuat sudut tenang di rumah dengan bantal, boneka, atau buku-buku anak.
2. Buat rutinitas yang konsisten
Rutinitas memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak. Anak jadi tahu apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah aktivitas yang mungkin melelahkan, seperti pesta ulang tahun atau pergi ke sekolah. Caranya:
- Tentukan waktu khusus untuk bermain, istirahat, dan tidur.
- Ucapkan jadwal dengan jelas, misalnya “Setelah makan malam, kita baca buku dulu sebelum tidur.”
- Gunakan poster atau gambar jadwal sederhana di rumah.
- Berikan pujian saat anak mengikuti rutinitas dengan baik.
3. Ajak anak main di luar ruangan
Bermain di alam terbuka terbukti bisa meredakan stres, memperbaiki suasana hati, dan meningkatkan fokus anak. Ajak anak jalan-jalan ke taman, halaman rumah, atau sekadar berjalan kaki keliling kompleks. Selain menenangkan, kegiatan ini juga mengajarkan anak untuk lebih dekat dengan alam.
4. Dengarkan dan ajak anak bicara
Mendengarkan adalah kunci. Anak-anak butuh didengar saat mereka merasa marah, takut, atau sedih. Ajak mereka bicara dengan tenang, lalu validasi perasaannya. Katakan, “Wajar kok kalau kamu merasa marah,” lalu bantu anak pelan-pelan mencari cara menenangkan diri.
5. Temukan keseimbangan
Meski penting melindungi anak dari hal-hal yang membuatnya stres, jangan sepenuhnya menjauhkan anak dari berbagai pengalaman. Anak tetap perlu belajar menghadapi situasi yang kurang nyaman, seperti belajar berenang atau bersosialisasi di acara keluarga. Kuncinya, dampingi anak dan bantu mereka menemukan cara yang sehat untuk mengatasi rasa tidak nyaman tersebut. buat ringkas namun tetap enak dibaca dan mudah dipahami
Baca juga: Kenali manfaat minyak ikan untuk tumbuh kembang anak
Baca juga: Cara memperkenalkan kesadaran lingkungan pada anak
Baca juga: Makan ikan selama kehamilan bisa kurangi risiko autisme pada anak
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025