Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengapresiasi progres negosiasi tarif dagang Indonesia dengan Amerika Serikat (AS).
Terkait update posisi tarif 19 persen terhadap produk ekspor Indonesia ke pasar AS, Ketua Umum APINDO Shinta W. Kamdani memandang kesepakatan ini merupakan hasil negosiasi yang jauh lebih baik dibandingkan proposal tarif awal sebesar 32 persen dan mungkin saja masih ada ruang untuk bisa bernegosiasi menjadi lebih rendah lagi.
“Kami juga terus berkomunikasi dengan pemerintah yang saat ini masih merampungkan detail teknis dari kesepakatan tersebut,” ujar Shinta di Jakarta, Jumat.
Sebagaimana diketahui, lanjutnya, proses negosiasi dengan Pemerintah AS, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Trump, menuntut kewaspadaan tinggi karena kebijakan dapat berubah secara cepat dan sangat dipengaruhi oleh dinamika politik domestik AS.
APINDO mengapresiasi kerja keras dan upaya diplomasi ekonomi Pemerintah Indonesia, baik jajaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI yang dipimpin Menko Airlangga Hartarto sebagai ketua tim negosiasi, kementerian teknis lainnya hingga Presiden Prabowo Subianto yang turut turun tangan langsung dalam mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Amerika Serikat.
Capaian ini juga sejalan dengan capaian dan langkah strategis Indonesia dalam finalisasi Perjanjian IEU–CEPA bersama Uni Eropa yang membuka peluang besar bagi peningkatan ekspor ke pasar Eropa.
Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, dengan update tarif saat ini posisi Indonesia menjadi relatif lebih kompetitif. Tarif Indonesia saat ini (19 persen) lebih rendah dibandingkan posisi Thailand (36 persen), Laos (40 persen), Malaysia (25 persen), dan Vietnam (20 persen, dengan ketentuan tambahan untuk transshipment).
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki ruang untuk menjaga daya saing ekspornya, terutama pada produk ekspor kita seperti tekstil, alas kaki, furnitur, hingga perikanan yang memiliki ketergantungan cukup tinggi terhadap pasar Amerika Serikat.
Namun demikian, sejumlah negara pesaing di kawasan saat ini masih dalam proses negosiasi dengan pemerintah AS. Karena itu, APINDO menilai perlu terus mencermati secara saksama posisi akhir kompetitor, yang bisa saja mengubah konstelasi persaingan kawasan dalam waktu dekat.
Shinta menambahkan, dalam kesepakatan ini, Indonesia berkomitmen meningkatkan impor sejumlah produk strategis dari Amerika Serikat, di mana sejumlah komoditas ini memang merupakan produk dan komoditas yang dibutuhkan bagi industri dalam negeri. Seperti yang sudah APINDO rekomendasikan sebelumnya kepada pemerintah yaitu mendorong skenario mutually beneficial melalui peningkatan impor komoditas strategis dari AS, seperti kapas, jagung, produk dairy, kedelai, dan crude oil.
Langkah ini dirancang sebagai reciprocal arrangement yang menjawab kekhawatiran AS soal defisit perdagangan. Di sisi lain, APINDO melihat untuk penghapusan tarif impor oleh Indonesia terhadap produk AS, secara umum sebagian besar produk tersebut saat ini memang sudah memiliki tarif rendah (nol hingga lima persen).
Meskipun demikian, APINDO akan melihat dan mendalami lagi dampaknya secara product by product dari hasil negosiasi yang ada.
Baca juga: Antisipasi efek Trump, Sri Mulyani jajaki peluang dagang dengan Kanada
Baca juga: Sandiaga Uno tanggapi tarif Trump sebagai langkah perluas pasar
Baca juga: Apindo dukung rencana pengutan pajak terhadap pedagang e-commerce
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.