Ancaman tarif Trump picu kemarahan, UE diminta merespons dengan tegas

2 months ago 21

Brussel (ANTARA) - Pengumuman mengejutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai tarif 30 persen untuk ekspor Uni Eropa (UE) pada Sabtu (12/7) telah memicu reaksi keras di seluruh blok tersebut.

Para pejabat dan pemimpin industri Eropa menuntut respons yang kuat dan bersatu di tengah perundingan dagang yang masih berlangsung.

Tarif yang diusulkan tersebut, yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus, menargetkan impor UE dan disebut oleh Trump sebagai koreksi atas hubungan perdagangan yang "jauh dari resiprokal."

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Sabtu itu memperingatkan bahwa tarif itu akan "mengganggu rantai pasokan transatlantik yang penting, yang merugikan bisnis, konsumen, dan pihak-pihak yang terdampak di kedua sisi Atlantik."

Seraya menekankan komitmen berkelanjutan UE terhadap solusi yang dicapai melalui negosiasi, dia mengatakan blok tersebut "akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan UE, termasuk mengadopsi tindakan balasan yang proporsional jika diperlukan."

Para anggota parlemen dan pemimpin nasional Eropa menyuarakan rasa frustrasi yang semakin meningkat, dengan banyak yang mendesak untuk segera mengambil langkah pembalasan.

Bernd Lange, Ketua Komite Parlemen Eropa untuk perdagangan internasional, mengatakan bahwa surat AS tersebut "lancang dan mengecewakan" setelah negosiasi selama beberapa pekan.

Dia mendesak UE untuk memulai langkah-langkah pembalasan pada Senin (14/7) sesuai jadwal, dan menyatakan bahwa "masa menunggu sudah berakhir."

Presiden Dewan Eropa Antonio Costa mengatakan bahwa tarif-tarif tersebut akan mendorong inflasi, meningkatkan ketidakpastian, dan menghambat laju pertumbuhan ekonomi. "UE tetap teguh, bersatu, dan siap untuk melindungi kepentingan kami," ujarnya, seraya mendesak kemajuan menuju "kesepakatan yang adil" dengan Washington.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan "ketidaksetujuannya yang kuat" terhadap langkah AS tersebut, dan mengatakan bahwa UE harus mempercepat persiapan "tindakan balasan yang kredibel" dengan memanfaatkan semua sarana yang tersedia, termasuk antikoersi, apabila perundingan gagal.

Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengecam langkah tersebut sebagai "eskalasi sepihak," dan mengatakan bahwa UE siap untuk merespons dengan tindakan balasan yang tegas jika diperlukan.

"Semua orang akan dirugikan dari meningkatnya konflik perdagangan, dan konsumen AS-lah yang akan membayar harga tertinggi," ujarnya memperingatkan.

Perdana Menteri Ceko Petr Fiala mengecam tarif AS karena berdampak negatif pada perdagangan transatlantik dan menyerukan "persatuan dan tekad" untuk melindungi kepentingan UE.

(Xinhua)

Industri Eropa menyuarakan kekhawatiran atas dampak yang akan terjadi, terutama di sektor-sektor yang terintegrasi erat dengan pasar AS. Kelompok lobi industri utama Jerman, BDI, menyebut langkah AS tersebut sebagai "sinyal alarm," memperingatkan bahwa hal itu dapat mengganggu pemulihan dan merusak inovasi di kedua sisi Atlantik.

"Tarif sebagai alat untuk memberikan tekanan politik menyebabkan biaya yang lebih tinggi, membahayakan pekerjaan, dan merusak daya saing internasional, baik di Eropa maupun di AS," ujar Wolfgang Niedermark, seorang eksekutif senior BDI.

Isabel Schnabel, anggota dewan Bank Sentral Eropa, mengatakan bahwa tarif-tarif tersebut dapat memicu inflasi jangka menengah dan guncangan pada rantai pasokan.

Sektor otomotif, yang sudah sangat terintegrasi dengan UE dan AS, telah merasakan dampaknya.

Slovakia, salah satu negara pengekspor mobil terbesar di Eropa, melaporkan penurunan pesanan yang signifikan pada kuartal ketiga. Menteri Ekonomi Denisa Sakova mengatakan bahwa merelokasi produksi ke AS tidak mungkin dilakukan dalam jangka pendek dan menekankan bahwa dampaknya telah dimulai.

Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA) mengatakan bahwa biaya yang ditanggung oleh para produsen sudah mencapai miliaran (dolar AS) dan terus meningkat setiap harinya.

"Sangat disesalkan bahwa ada ancaman eskalasi lebih lanjut dari konflik perdagangan," ujar Presiden VDA Hildegard Mueller.

"Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan kami sudah mencapai miliaran, dan jumlahnya terus bertambah setiap harinya," ujarnya, seraya menambahkan bahwa para pemasok juga sangat terdampak oleh bea impor tersebut.

Emanuele Orsini, presiden Confindustria, asosiasi utama Italia yang mewakili perusahaan-perusahaan manufaktur dan jasa, mengecam tindakan AS itu sebagai langkah yang "tidak menyenangkan".

Sementara Paolo Mascarino, presiden Federalimentare, federasi industri makanan dan minuman Italia, mengatakan bahwa tarif tersebut "melebihi ambang batas yang dapat ditoleransi" dan akan memicu penurunan ekspor yang signifikan.

Selain itu, Dan O'Brien, Kepala Ekonom di Institute of International and European Affairs, mengatakan bahwa langkah AS tersebut bersifat "provokatif" dan secara signifikan meningkatkan risiko konfrontasi ekonomi yang lebih luas di antara kedua negara.

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |