Alasan air pegunungan dipilih sebagai sumber air bagi AMDK

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Pakar Hidrogeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Lambok M. Hutasoit menjelaskan alasan air pegunungan kerap kali dipilih sebagai sumber air oleh industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dibandingkan air dari tanah biasa.

“Batuan yang mengandung air bisa ditemukan di kedalaman dangkal maupun dalam, tapi yang dangkal biasanya lebih rawan kontaminasi, baik dari toilet, selokan, maupun limbah lain," kata Prof. Lambok di Jakarta, Senin.

Lambok mengatakan alasan utama yakni tidak semua air tanah aman untuk dikonsumsi. Meski air tanah sering mengandung mineral, tidak semua mineral itu baik, seperti kandungan kromium VI yang sangat beracun.

Oleh karenanya, air yang digunakan untuk AMDK harus dianalisis semua zat kimianya terlebih dahulu. Selain itu, kualitas air juga sangat bergantung pada lapisan batuan.

Dari berbagai jenis batuan, yang dianggap baik sebagai sumber air adalah batu pasir, kapur, dan gamping. Sementara batu lumpur dinilai kurang baik karena mudah tercemar.

Baca juga: Minum segelas air bisa perbaiki suasana hati dan pikiran? Ini faktanya

Sementara itu, Ahli Hidrogeologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Heru Hendrayana menambahkan bahwa air tanah dangkal memang lebih rentan terpolusi.

“Air tanah yang dangkal ini biasanya buruk kualitasnya karena bisa terkontaminasi septic tank, sampah, dan limbah rumah tangga. Sedangkan air tanah dalam relatif lebih higienis dan sehat,” katanya.

Menurutnya, hal tersebutlah yang membuat industri AMDK besar lebih memilih air pegunungan yang berasal dari akuifer dalam. Industri biasanya tidak sembarangan mengambil air, melainkan melibatkan penelitian mendalam oleh ahli hidrogeologi untuk memastikan sumbernya.

“Mereka meneliti asal-usul air tanahnya agar benar-benar dari pegunungan, bukan asal ambil,” tambahnya.

Heru juga menjelaskan bahwa air pegunungan tidak selalu berarti air yang diambil persis di kaki gunung. Jarak puluhan kilometer pun masih bisa dihitung sebagai bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan.

“Contohnya Bogor banyak airnya berasal dari Gunung Salak. Di Jogja dan Klaten, sumber airnya dari Gunung Merapi. Jadi, tidak harus dekat dengan gunung, yang penting berasal dari akuifer dalam,” jelasnya.

Selain lebih aman dari polusi, air pegunungan umumnya memiliki kandungan mineral alami yang lebih kaya dibanding air tanah dangkal di perkotaan. Inilah yang menjadi salah satu nilai tambah air pegunungan untuk kebutuhan AMDK.

Namun, mendapatkan air pegunungan bukan perkara mudah. Industri AMDK besar harus berinvestasi besar dalam pengeboran sumur dalam yang ia sebut bisa mencapai Rp2 miliar.

"Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa klaim air pegunungan bukan sekadar jargon pemasaran. Industri AMDK melibatkan penelitian ilmiah, tenaga ahli hidrogeologi, dan investasi besar agar produk yang sampai ke tangan konsumen benar-benar aman, sehat, dan berkualitas," ucap Heru.

Baca juga: Kenali 7 manfaat minum air rebusan bawang putih bagi kesehatan

Baca juga: Efek samping air kelapa, waspadai jika Anda termasuk kelompok ini

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |