Aktivis: Membangun kesadaran kelola sampah elektronik penting

4 days ago 2

Jakarta (ANTARA) - Aktivis lingkungan yang juga aktor Ramon Y Tungka menekankan pentingnya membangun kesadaran mengelola sampah elektronik mulai dari level rumah tangga.

"Untuk level rumah tangga kita harus paham dulu bahayanya apabila menumpuk barang-barang elektronik yang sudah tidak terpakai, dampaknya seperti apa jika kita terpapar langsung karena menumpuk di rumah, itu yang bahaya," katanya dalam konferensi pers Gerakan Jaga Bumi di Jakarta, Kamis.

Ia menekankan pentingnya membangun kesadaran, memberi edukasi, serta memberikan wadah bagi masyarakat yang ingin membuang sampah elektronik, karena limbah tersebut memiliki bahan-bahan kimia yang berbahaya jika dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA).

Baca juga: Pemprov DKI kelola sampah elektronik rumah tangga secara gratis

"Ketika mereka pemahamannya sudah lengkap, sudah tahu bahayanya sampah elektronik, saya rasa untuk menekan laju sampah elektronik ini bisa berkurang, karena tahu akan mendistribusikannya ke mana, dan yang penting jangan sampai berakhir di TPA," ujar dia.

Ramon mengemukakan, pemerintah dan para pemangku kepentingan perlu membangun kepekaan pada masyarakat tentang bahaya sampah elektronik, mengedukasi ke mana harus mengumpulkannya, sehingga ke depan dapat menghasilkan nilai ekonomi yang berkelanjutan.

"Pasti masyarakat itu kan pendekatannya selalu nilai ekonomi, maka dari itu sebelum mendapatkan nilai ekonomi, ini juga kita harus peka, itulah mengapa persoalan awalnya mengenai pemahaman tadi. Masyarakat harus peka, jadi ketika mendapatkan nilai ekonomi, mereka sudah paham barang itu perjalanannya akan ke mana," katanya.

Baca juga: Pemkab Tangerang gandeng EwasteRJ untuk tangani sampah elektronik

Ia berpesan kepada masyarakat agar tidak lagi membiarkan gawai-gawai yang tidak terpakai atau sudah rusak menumpuk di rumah.

"Kita semua harus paham bahwa gawai-gawai yang mungkin sudah tidak terpakai atau rusak itu jangan dibiarkan menumpuk di rumah, karena jika menumpuk di rumah, di situ terdapat beberapa komponen kimiawi yang memang membahayakan bila tertumpuk, mungkin kondisi lembap atau segala macam, bisa menyebabkan korsleting atau kebocoran," tuturnya.

Baca juga: Daur ulang limbah elektronik berpotensi ciptakan ekonomi sirkular

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), diketahui Indonesia menghasilkan dua juta ton sampah elektronik setiap tahun, namun yang bisa dikelola secara baik melalui sistem daur ulang resmi baru sekitar 17,4 persen.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |