15 ribu siswa SD hingga SMA di Tarakan terima manfaat program MBG

1 hour ago 1

Tarakan (ANTARA) - Sebanyak 15 ribu dari sasaran 52 ribu siswa SD, SMP dan SMA di Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara) telah menerima manfaat dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

"Hal tersebut dikarenakan dapur MBG masih banyak yang belum disetujui. Kalau buru-buru, lalu ada keracunan, ditanya lagi kenapa," kata Wali Kota Tarakan Khairul di Tarakan, Kamis.

Saat ini, dapur satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) untuk program MBG di Tarakan baru ada lima, yakni di Kelurahan Juwata ada dua, di Karang Anyar satu, Kampung Baru 1, dan Pamusian.

Baca juga: Pemkot Tarakan uji coba program makan bergizi gratis

"Bahan baku untuk program tidak ada masalah, bahkan berlebihan. Sedangkan untuk dapur, pihak lain hanya bisa melihat dari luar menggunakan masker dan tidak boleh masuk," katanya.

Khairul mengatakan dapur SPPG untuk program MBG di Tarakan sebenarnya ada 20, termasuk untuk ibu hamil dan balita.

Namun, saat ini Pemkot Tarakan belum menyasar ibu hamil dan balita, karena untuk siswa sekolah belum selesai

Anggota Komisi 2 DPRD Kota Tarakan Yuli Indrayani mengaku adanya kekhawatiran soal kebutuhan bahan baku MBG. Kekhawatiran itu muncul dari hasil peninjauan dan diskusi dengan pihak SPPG Dapur SMA Muhammadiyah Tarakan, Selasa (30/9).

”Memang dari hasil kunjungan lapangan ini, yang kita dapatkan memang dari sumber bahan baku. Jadi, dikhawatirkan dari SPPG ini ketika nanti semua dapur berjalan bersamaan, ketakutan akan sumber bahan baku yang tersedia itu yang kurang,” kata Yuli.

Dia mengatakan pihak SPPG meminta saran agar sektor ketahanan pangan, pertanian, dan peternakan dapat memberikan dukungan untuk penyediaan bahan baku. Salah satu bahan yang disoroti adalah telur dan ayam lokal.

”Kalau pada saat bersamaan menunya semua ayam, nah yang ditakutkan itu ayam yang tersedia di pasar tidak ada. Begitu juga dengan telur, begitu kebutuhan akan telur itu meningkat, pasti akan terjadi kenaikan harga dan risiko terjadi kelangkaan serta inflasi jika permintaan serentak,” katanya.

Baca juga: Wamendiktisaintek dorong kampus di perbatasan jadi pusat inovasi lokal

Baca juga: RSUD Tarakan diperluas untuk fasilitas penanganan kanker

Selain masalah bahan baku, kunjungan tersebut juga menyoroti kondisi fisik dan alur kerja di dapur SPPG SMA Muhammadiyah Tarakan.

”Kalau untuk kondisinya ya, karena dapur ini menggunakan bagian dari sekolah, jadi otomatis ruangannya banyak yang bersekat-sekat, juga ruangan terbukanya juga banyak, jadi alur masuknya ini masih belum sesuai,” kata Yuli.

Ia menjelaskan proses dari loading barang, pengecekan, penyimpanan, hingga pembersihan dan pemotongan bahan baku memiliki ruangan yang terpisah-pisah, yang mengakibatkan alur bolak-balik.

”Yang kita takutkan dengan alur ini, kontaminasi bahan makanan itu semakin besar. Masukannya mungkin perbaikan alurnya saja,” katanya.

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |