Wamenkes promosikan deteksi dini bagi akademisi dan tinjau CKG di UI

7 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono meninjau langsung pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Universitas Indonesia (UI), Depok, sebagai bentuk promosi deteksi dini penyakit tidak menular (PTM) pada kalangan civitas academica.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, Dante menjelaskan pentingnya deteksi dini sebagai langkah preventif dalam sistem kesehatan nasional. Oleh karena itu, katanya, CKG mencakup semua kelompok usia, mulai dari balita hingga lansia. Pemeriksaan dilakukan secara terstruktur dan disesuaikan dengan fase kehidupan masing-masing. Misalnya, untuk anak sekolah pemeriksaan dilakukan mengikuti kalender akademik, sementara untuk mahasiswa dilakukan pada masa awal perkuliahan.

“Sasarannya adalah seluruh masyarakat Indonesia, tapi kami lakukan secara bertahap dengan sosialisasi yang berkelanjutan,” ujar Prof. Dante.

Prof. Dante menjelaskan bahwa tujuan utama dari program ini adalah mengidentifikasi faktor risiko penyakit sebelum muncul gejala klinis. Menurutnya, pendekatan preventif jauh lebih efisien secara ekonomi dibandingkan penanganan kuratif.

Baca juga: Kemenkes dorong pengenalan gejala penyakit langka dengan CKG

“Kalau kita tahu sejak dini ada hipertensi atau obesitas, maka edukasi dan intervensi bisa dilakukan lebih awal. Ini akan mencegah penyakit-penyakit berat seperti stroke atau serangan jantung,” katanya

Program ini, katanya, juga bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat dan memberdayakan individu untuk lebih peduli terhadap kesehatannya sejak dini.

“Mengobati penyakit jantung jelas lebih mahal daripada mencegahnya. Ini cara kita menekan biaya kesehatan nasional,” kata Dante.

Dia menilai, kegiatan di UI menjadi proyek percontohan pertama sebelum program diperluas ke berbagai kampus dan komunitas di seluruh Indonesia. Lebih dari 500 civitas academica UI, katanya, telah mendaftar untuk mengikuti pemeriksaan.

Baca juga: Menkes sebut Jateng capaian tertinggi program Cek Kesehatan Gratis

Hasil awal menunjukkan sejumlah temuan yang mengkhawatirkan, seperti tingginya angka obesitas, hipertensi, dan rendahnya aktivitas fisik di kalangan peserta.

“Padahal, UI ini kampus yang mendukung aktivitas fisik. Ini perlu menjadi perhatian,” katanya.

Data awal mengungkap bahwa tiga kondisi terbanyak yang ditemukan adalah hipertensi, obesitas, dan diabetes. Peserta dengan temuan risiko kesehatan akan dirujuk ke klinik terdekat untuk evaluasi dan penanganan lanjutan.

Dia menambahkan, CKG dirancang tidak berhenti pada tahap skrining, tetapi juga mencakup edukasi kesehatan dan tindak lanjut medis—selaras dengan transformasi sistem kesehatan nasional dari pendekatan kuratif ke promotif-preventif.

Baca juga: Kejar target, Menkes sasar 200 ribu sekolah lakukan CKG mulai Juli

“Kampus punya potensi besar dalam menyebarkan kesadaran kesehatan, khususnya di kalangan generasi muda,” ujar Prof. Dante.

Ia juga menekankan pentingnya peran aktif institusi dalam mendukung keberhasilan program ini. Dia berharap angka kesakitan di masyarakat dapat ditekan secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan dengan pendekatan berbasis komunitas.

Menurutnya, kegiatan ini mendapat respons positif dari peserta. Banyak yang mengaku baru pertama kali melakukan cek kesehatan secara menyeluruh dan terkejut dengan hasil yang menunjukkan risiko kesehatan yang tidak disadari sebelumnya.

Baca juga: Menkes: 5,3 juta orang sudah ikuti CKG

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |