Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengingatkan bahwa seluruh kepala sekolah di tanah air merupakan arsitek pembelajaran, antara lain untuk membangun budaya pembelajaran yang adaptif.
"Sekolah yang hebat bukan karena teknologinya yang canggih, tapi karena warganya cepat belajar dan mau berubah. Kepala sekolah adalah penggerak utama budaya itu,” ujar Wamen Fajar saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara Pelatihan Tahap III Bakal Calon Kepala Sekolah se-Provinsi Jawa Timur di Batu, Jawa Timur, Sabtu.
Selain itu, Wamen Fajar juga mengingatkan mengenai pentingnya kepemimpinan yang berkarakter, yaitu kepala sekolah yang tidak hanya mengatur, tetapi menginspirasi dan menumbuhkan semangat belajar di lingkungannya.
Menurut alumnus program doktoral Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan Universitas Gajah (UGM) tersebut, kepala sekolah harus mampu menyeimbangkan tiga fungsi utama, yaitu memberi arah (directive-instructive), mentransformasi cara berpikir guru dan siswa (transformative), serta membimbing dan memberdayakan (distributive).
Baca juga: Kemendikdasmen rumuskan lima strategi peningkatan kualitas pendidikan
Baca juga: Kemendikdasmen: Program revitalisasi sekolah lampaui target awal
Dalam kesempatan yang sama, Wamen Fajar juga menggambarkan sekolah yang ideal merupakan organisasi pembelajar atau tempat semua unsur saling tumbuh dan belajar bersama.
"Ada lima prinsip organisasi pembelajar dari Peter Senge yaitu personal mastery (penguasaan diri), mental model (pola pikir), shared vision (visi bersama), team learning (pembelajaran tim), dan system thinking (berpikir sistemik). Kelimanya menjadi kunci yang perlu dihidupkan di setiap sekolah" ujarnya.
Bagi Wamen Fajar, jika lima prinsip itu dijalankan, sekolah akan menjadi ekosistem yang hidup. Di ekosistem itu, guru dan murid sama-sama belajar, saling memperkuat, dan terus berkembang.
Berikutnya, Wamen Fajar juga menyinggung arah kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah di bawah kepemimpinan Menteri Abdul Mu’ti, yang tengah memperkuat ekosistem pembelajaran mendalam, termasuk melalui gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Gerakan itu, menurutnya, menumbuhkan karakter dan motivasi belajar siswa sekaligus memperkuat peran kepala sekolah dalam membangun budaya belajar yang berkelanjutan.
“Negara maju bukan hanya karena infrastrukturnya, melainkan juga karena dua etos, yaitu etos belajar sepanjang hayat dan etos belajar cepat. Dua etos itu lahir dari sekolah-sekolah yang punya pemimpin yang mau terus belajar," ujarnya.
Baca juga: Kemendikdasmen siap beri pelatihan intensif Bahasa Inggris bagi guru
Baca juga: Kemendikdasmen ingatkan sekolah tidak arahkan murid ikut bimbel TKA
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































