Upaya Sulbar entaskan kemiskinan melalui budi daya kakao

1 day ago 5

Mamuju (ANTARA) - Upaya mengentaskan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) melalui budi daya kakao dapat menjadi salah satu strategi yang efektif untuk dijalankan.

Ada beberapa alasan serta cara yang dapat dilakukan pemerintah daerah ini untuk mewujudkannya.

Alasan pertama, Sulbar Sulbar memiliki potensi besar untuk melakukan budi daya kakao, karena didukung iklim dan tanahnya yang sesuai.

Kedua, penghasilan yang stabil. Budi daya kakao dapat memberikan penghasilan yang stabil bagi petani, karena harga kakao yang relatif stabil dan permintaan yang tinggi.

Ketiga, pengurangan kemiskinan. Budi daya kakao dapat membantu mengurangi kemiskinan di Sulbar, karena dapat memberikan penghasilan yang lebih baik bagi petani dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Adapun cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan budi daya kakao di Sulbar di antaranya dengan pelatihan dan pendampingan kepada petani tentang cara budi daya kakao yang baik dan benar.

Kemudian, memberikan bibit kakao yang berkualitas kepada petani untuk digunakan memulai budi daya.

Selain itu, dengan pengembangan Infrastruktur seperti jalan, irigasi, dan fasilitas penyimpanan untuk mendukung budi daya kakao.

Cara lainnya, pemasaran dan pemberdayaan, yakni dengan membantu petani dalam pemasaran dan pemberdayaan produk kakao mereka sehingga mereka dapat mendapatkan harga yang lebih baik.

Kemudian, membangun kerja sama dengan pemerintah dan lembaga dan lembaga lain untuk mendapatkan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan.


Potensi kakao

Sulbar memiliki wilayah yang berpotensi untuk pengembangan budi daya kakao sekitar 145 ribu hektare dengan tingkat produksi kakao mencapai 76 ribu ton per tahun.

Kabupaten Polman merupakan daerah penghasil kakao terbesar di Sulbar dengan produksi mencapai 35 ribu ton per tahun atau hampir separuh dari produksi Sulbar.

Kakao Sulbar berpotensi menjadi pemasok utama biji kakao ekspor sehingga Sulbar dapat dijadikan kawasan pengembangan kakao secara nasional.

Sulbar juga memiliki sumber daya manusia yang sebagian besar sudah memiliki keterampilan dalam budi daya kakao.

Kakao Sulbar selama ini telah diekspor ke berbagai negara, seperti China, Jepang, Jerman, Belanda, Rusia, dan Amerika dengan jumlah mencapai 12,8 ribu ton per tahun.

Kakao Sulbar mampu memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian yang menjadi penyumbang terbesar terhadap struktur ekonomi Sulbar dengan kontribusi mencapai 46,11 persen.

Selain itu, kakao memberikan dampak positif bagi sektor pertanian Sulbar sehingga mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 4,78 persen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Namun demikian, ada tantangan yang harus diantisipasi terkait pengembangan produksi kakao di Sulbar, yakni kakao rentan terhadap hama dan penyakit seperti serangan heliopeltis dan penyakit busuk buah.

Dukungan anggaran

Untuk mendukung program budi daya kakao Pemprov Sulbar mengalokasikan anggaran APBD Sulbar sekitar Rp15 miliar. Anggaran tersebut digunakan untuk program pengadaan bibit kakao, program sambung pucuk kakao maupun mengatasi masalah hama dan penyakit tanaman kakao.

Program budi daya kakao di Sulbar untuk tahap awal tahun ini akan menyentuh sekitar 10 ribu warga masyarakat yang selama ini mengembangkan kakao di Kabupaten Polman.

Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat petani serta mengatasi kemiskinan.

Sulbar ingin mengembalikan kejayaan sebagai penghasil kakao terbaik di Pulau Sulawesi dengan menjadikan pembangunan sektor pertanian sebagai visi Pemprov Sulbar.

Petani di Kabupaten Polman menyambut antusias program Pemprov Sulbar karena harga kakao saat ini yang terus mengalami kenaikan.

Salah seorang petani di Kabupaten Polman, Basri mengaku telah memilih untuk menanam kakao dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya, karena pasarnya sudah sangat jelas, harganya terus mengalami peningkatan dan ada bantuan budi daya dari pemerintah.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP) Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar Agustina Palimbong, Provinsi Sulbar merupakan kawasan pengembangan
dan sentra pengolahan komoditas perkebunan kakao secara nasional. Hal itu telah dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2025-2029.

Sulbar berpotensi menjadi pemasok utama biji kakao untuk ekspor dengan harga biji kakao Rp120.000 sampai 185.000 per kilogram dengan kadar air tujuh persen dan itu sesuai dengan SNI.

Kakao Sulbar memiliki keunggulan komparatif, karena kondisi alam Sulbar yang mempunyai kesesuaian, cocok untuk mengembangkan kakao, dan kultur masyarakat yang mayoritas sejak dulu menjadi petani kakao.

Keunggulan tersebut diharapkan akan mendukung tumbuhnya investasi dalam pengembangan kakao di daerah ini. Apalagi, jika budi daya memanfaatkan teknologi pengendalian hama dan penyakit, serta penggunaan bibit unggul sehingga kualitas saat panen dan maupun pasca-panen me jadi lebih terjamin.

Panca daya Sulbar

Program panca daya merupakan visi misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar periode periode 2025- 2030 yang berupaya diwujudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengatasi kemiskinan serta membangun ekonomi daerah.

Panca daya itu di antaranya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan, guna menciptakan keseimbangan pertumbuhan di berbagai sektor serta meningkatkan daya saing daerah.

Selain itu, mempercepat pengentasan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui berbagai program pemberdayaan dan perlindungan sosial.

Kemudian, membangun sumber daya manusia yang unggul dan berkarakter, dengan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, serta keterampilan tenaga kerja.

Panca daya lainnya, membangun infrastruktur dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, agar pembangunan berkelanjutan tetap sejalan dengan keseimbangan ekologi.

Berikutnya, memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik dan akuntabel, serta mewujudkan pelayanan dasar yang berkualitas bagi seluruh masyarakat.

Visi misi selanjutnya adalah menurunkan angka kemiskinan. Hal ini adalah tantangan pembangunan yang menjadi menjadi tanggung bersama untuk diselesaikan. Kemiskinan adalah hal mendasar yang mesti diselesaikan lebih awal.

Dengan demikian, menurunkan angka kemiskinan telah menjadi menjadi visi pembangunan dan prioritas untuk ditangani pemerintah. Dengan menangani kemiskinan, maka masyarakat Sulbar dapat lebih maju dan sejahtera.

Jumlah penduduk miskin di Sulbar tercatat sebanyak 10,71 persen atau sekitar 155,91 ribu jiwa, sementara penduduk dalam kategori miskin ekstrem di Sulbar mencapai 1,7 persen.

Penduduk miskin di Sulbar yang terdapat di daerah perkotaan sebanyak 8,33 persen. Sementara penduduk miskin perdesaan 11,32 persen, dan mayoritas penduduk miskin perdesaan menyandarkan hidupnya sebagai petani

Oleh karena itu, sentuhan pembangunan, melalui program budi daya tanaman kakao yang menjadi pilihan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan usaha pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi unggulan Sulbar yang harus dibangun, karena Sulbar merupakan daerah agraris. Sekitar 60 persen dari 1,5 juta penduduknya adalah petani sehingga budi daya tanaman kakao adalah solusi mengatasi kemiskinan.

"Kakao akan menjadi komoditas unggulan Sulbar hingga 10 tahun ke depan karena memiliki prospek ekonomi dan peluang pasar yang jelas. Selain itu, harganya menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memajukan ekonomi daerah," kata Gubernur Sulbar Suhardi Duka menandaskan.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |