Jakarta (ANTARA) - Climate Officer Health Care Without Harm South East Asia Laetania Belai Djandam meminta pihak rumah sakit agar berupaya untuk mengurangi limbah plastik, terutama untuk penggunaan yang non esensial.
"Masih banyak limbah plastik yang dihasilkan oleh rumah sakit. Itu limbah plastik yang non esensial," kata Laetania Belai Djandam di Jakarta, Minggu, (23/2).
Laetania Belai Djandam mengatakan hasil penelitian di rumah sakit wilayah Asia Tenggara menunjukkan 40 hingga 70 persen limbah rumah sakit adalah limbah plastik dan lebih dari setengahnya merupakan limbah plastik yang non esensial.
Pihaknya mencontohkan penggunaan plastik yang non esensial di sektor kesehatan diantaranya pemberian minum untuk pasien yang masih menggunakan minuman dalam kemasan plastik.
"Botol minum plastik untuk memberikan air putih kepada pasien kita yang sebenarnya banyak sekali alternatif yang bisa dilakukan tanpa menggunakan plastik," katanya.
Upaya menurunkan limbah plastik rumah sakit ini penting. Pasalnya, paparan mikroplastik dari limbah plastik dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, fungsi reproduksi, dan dapat bersifat karsinogen.
Baca juga: BRIN-IAEA kerja sama tangani limbah plastik dengan teknologi nuklir
"Kita melihat bagaimana paparan mikroplastik itu bisa mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, tapi banyak juga riset lain yang membicarakan tentang bagaimana paparan mikroplastik bisa berdampak kepada penurunan fungsi reproduksi atau juga karsinogen," kata Laetania Belai Djandam.
Baca juga: RI kejar potensi MRA dengan beragam pihak termasuk di sektor limbah
Limbah plastik menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat sehingga sektor kesehatan diminta tidak turut berkontribusi dalam menambah limbah plastik.
"Bagaimana kita sebagai sektor kesehatan yang kemudian ditugaskan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit ini ternyata juga berkontribusi terhadap polusi plastik," katanya.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025