Bandarlampung (ANTARA) - Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Hifzon Zawahiri mengatakan adanya kekurangan pakan di dalam kawasan menjadi penyebab satwa liar keluar kawasan taman nasional dan menimbulkan konflik ataupun interaksi negatif manusia dengan satwa.
"Kekurangan populasi pakan hidup di dalam kawasan ini, bila dilihat menjadi indikasi satwa liar seperti harimau banyak keluar dari kawasan taman nasional," ujar Hifzon Zawahiri di Bandarlampung, Kamis.
Dia menjelaskan indikasi kekurangan pakan di dalam kawasan terlihat dari ada perbandingan jumlah satwa liar di Kawasan Pelestarian Alam Satwa Liar Tambling atau Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC) dengan luas kawasan dan kerapatan harimau tinggi, namun tidak menimbulkan interaksi negatif dengan manusia.
"Di TNWC per 36 ribu kilometer persegi, kerapatan harimau itu sekitar 10-11 ekor dari jumlah seharusnya tiga hingga empat ekor. Tapi karena pakan hidup yang cukup banyak, jadi tidak ada konflik di kawasan TNWC," katanya.
Ia mengatakan kemungkinan besar adanya pakan satwa yang semakin berkurang di dalam kawasan, menjadi penyebab utama para satwa liar seperti harimau mencari makan di luar kawasan dan berkonflik dengan manusia. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk menyelesaikan permasalahan pakan di dalam kawasan.
Baca juga: Konflik satwa-manusia di Lampung Barat dipicu pembukaan lahan ilegal
"Kami mendapatkan masukan dan solusi untuk menambah kembali pakan hidup di dalam kawasan. Dan yang paling efektif karena cepat berkembangbiak dengan jumlah yang banyak adalah dengan melepaskan babi hutan sebagai pakan hidup harimau," ucap dia.
Ia mengatakan sebenarnya babi hutan menjadi salah satu pakan hidup utama harimau di dalam kawasan. Namun beberapa waktu ini mengalami pengurangan populasi yang drastis akibat adanya serangan penyakit.
"Untuk pemasangan kandang jebak memang ada permintaan dari masyarakat untuk dipasang. Tapi tidak memungkinkan dipasang di dalam kawasan, sehingga kami maksimalkan dipasang di sekitar kawasan," tambahnya.
Baca juga: KLHK sebut koridor habitat solusi tekan konflik dengan dengan satwa
Ia melanjutkan telah dipasang juga kamera jebak untuk memantau pergerakan satwa liar di kawasan taman nasional.
"Yang terpenting masyarakat mematuhi imbauan yang sudah kami pasang, agar menghindari adanya peristiwa yang tidak diinginkan," ujar dia.
Baca juga: Aceh Selatan upayakan penanganan interaksi negatif satwa-manusia
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.