Jakarta (ANTARA) - Perceraian bisa berdampak besar terhadap perkembangan anak, khususnya dalam hal kesehatan mental. Anak sering kali kesulitan menerima kenyataan bahwa kondisi keluarganya tak lagi sama. Proses penyesuaian pun bukan hal yang mudah untuk dijalani.
Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa orang tuanya berpisah, bahkan terkadang dipaksa memilih akan tinggal bersama siapa. Situasi ini bisa menekan kemampuan berpikir dan membuat anak merasa serba salah, hingga berpotensi mengalami stres yang berkepanjangan.
Itulah mengapa, orang tua tetap perlu hadir sebagai figur utama yang membangun hubungan emosional yang kuat dengan anak. Dengan begitu, anak bisa lebih mudah memahami dan menerima perubahan yang terjadi dalam keluarganya.
Lantas, bagaimana peran orang tua dalam mendampingi anak agar siap menghadapi perceraian orang tuanya? Simak beberapa tips berikut ini yang dirangkum dari berbagai sumber.
Tips membantu anak mengatasi dampak perceraian
1. Tetap kompak dalam mengasuh anak
Walaupun sudah tidak lagi hidup dalam satu rumah, bukan berarti peran sebagai orang tua ikut berakhir. Menurunkan ego dan tetap bekerja sama demi mengasuh anak adalah bentuk kasih sayang yang nyata.
Kehadiran orang tua di setiap tahap hidup anak, seperti mendengarkan keluh kesahnya, menawarkan bantuan, hingga hadir di acara sekolah, tetaplah penting untuk menumbuhkan rasa aman dan dicintai.
2. Beri dukungan emosional yang konsisten
Anak-anak perlu merasa bahwa mereka tetap disayangi dan didukung, apapun kondisinya. Memberikan ruang agar mereka bisa terbuka tanpa takut dihakimi membantu anak mengelola emosi negatif serta menyesuaikan diri dengan perubahan. Kehadiran secara emosional ini membantu mereka merasa dihargai dan memperkuat ketahanan mentalnya.
3. Jangan menjadikan anak sebagai beban masalah
Saat orang tua berpisah, anak kerap ikut merasa khawatir terhadap masa depan mereka sendiri. Jangan sampai anak ikut menanggung beban dari konflik orang tua. Sebaiknya, orang tua menyelesaikan persoalan rumah tangga dengan dewasa dan bijak tanpa menyeret anak ke dalam pusaran masalah.
4. Pertahankan rutinitas harian
Menjaga rutinitas yang stabil akan membantu anak tetap merasa aman di tengah perubahan besar dalam keluarga. Aktivitas seperti makan bersama, belajar, atau diantar sekolah bisa menjadi momen yang menenangkan bagi anak. Konsistensi ini menciptakan rasa stabil dan membantu menjaga keseimbangan emosional mereka.
5. Pertimbangkan terapi atau konseling sejak dini
Membawa anak ke konselor tidak perlu menunggu munculnya tanda gangguan psikologis. Langkah ini bisa menjadi upaya pencegahan agar anak lebih siap mengelola perasaannya.
Konseling bisa menjadi media yang aman untuk anak mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan membangun kembali kekuatan emosional-nya.
6. Hindari menjelekkan mantan pasangan di depan anak
Anak-anak, terutama yang masih kecil, sangat mudah terpengaruh oleh cerita negatif. Oleh karena itu, penting untuk tidak menanamkan kebencian kepada mereka.
Jaga ucapan dan hindari menyudutkan mantan pasangan. Sebaliknya, berikan afirmasi positif bahwa meskipun kedua orang tuanya tidak lagi bersama, cinta dan perhatian mereka tetap utuh untuk sang anak.
Baca juga: Hak anak yang wajib dipenuhi orang tua setelah perceraian
Baca juga: Anak yang tumbuh dengan orang tua bercerai berisiko alami stroke
Baca juga: Kepala BKKBN: Kelas orang tua hebat upaya kurangi angka perceraian
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025