Depok (ANTARA) - Dua Tim Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) meraih prestasi pada ajang Architecture Student Contest (ASC) 2025 yang merupakan kompetisi desain arsitektur bergengsi yang diselenggarakan oleh Saint-Gobain, Perancis.
Dalam kompetisi tahunan yang diikuti lebih dari 1.300 mahasiswa dari 30 negara sejak tahun 2004 tersebut Tim Mahasiswa UI meraih Juara 2 dan Juara 3.
Tim UI yang meraih Juara 2 terdiri atas Vine Novia Pakpahan, Syahlaisa Afra Amani, dan Luqman Kamaludin, yang mengusung proyek bertajuk “The Flux”.
"The Flux bukan sekadar proyek desain, melainkan narasi tentang bagaimana arsitektur bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan," kata Syahlaisa dalam keterangannya di Depok, Selasa.
Baca juga: Mahasiswa UI sabet penghargaan di Singapura lewat inovasi geospasial
Proyek tersebut mengangkat konsep sirkularitas dalam arsitektur sebagai jembatan antara manusia, alam, dan budaya.
Inovasi yang mencakup dua zona di Perancis ini meliputi revitalisasi bangunan lama di Chimilin sebagai pusat digital ramah lingkungan, serta pengembangan kompleks laboratorium dan asrama baru di Villefontaine.
Seluruh rancangan, kata dia, menggunakan strategi pasif, memanfaatkan material lokal, dan menerapkan prinsip desain peka air atau water-sensitive design.
Sementara itu tim yang beranggotakan Zahari Syafi Arradhin, Valencia Yvonne, dan Kevin Suryawijaya meraih Juara 3 berkat proyek bertajuk “Breaking Territory Through Terroir”.
Baca juga: Mahasiswa UI juara kompetisi Healthon Pharmanova 2025
Inovasi ini mengeksplorasi konsep terroir, yang terbentuk dari iklim, ekologi, material lokal, dan tradisi, untuk menyatukan kawasan terfragmentasi.
Studi kasus proyek ini berfokus pada wilayah Nord-Isère, Perancis, dengan menyatukan zona pedesaan Chimilin dan kawasan urban Les Grands Ateliers melalui integrasi jalur kereta cepat Lyon–Turin sebagai katalis pertukaran budaya dan ekologis.
Zahari menyebut proyek ini adalah upaya untuk merancang arsitektur yang tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga mampu merespons konteks dan budaya lokal secara menyeluruh.
“Terroir bukan hanya soal tempat, tetapi juga identitas, dan kami ingin menciptakan ruang yang dapat menjembatani batas-batas wilayah melalui pemahaman tersebut,” ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa UI raih penghargaan di konferensi internasional Malaysia
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025