Tak hanya Kartini, ini sederet pahlawan wanita di Indonesia

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Indonesia memiliki sejarah panjang yang tidak hanya diwarnai oleh perjuangan para lelaki, tetapi juga oleh para wanita tangguh yang mengorbankan tenaga, waktu, bahkan nyawa demi kemerdekaan dan kemajuan bangsa.

Para pahlawan wanita ini telah menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki peran besar dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan, perjuangan melawan penjajah, hingga memperjuangkan hak-hak perempuan.

Salah satu tokoh yang paling dikenal adalah Raden Ajeng Kartini, yang lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879.

Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita Indonesia. Melalui surat-suratnya, ia menyuarakan pentingnya pendidikan bagi perempuan pribumi agar tidak tertinggal dalam pembangunan. Gagasan-gagasannya yang progresif menjadikannya simbol perjuangan perempuan Indonesia. Untuk mengenang jasanya, tanggal lahir Kartini diperingati sebagai Hari Kartini setiap tahunnya.

Namun, perjuangan perempuan Indonesia tidak berhenti pada sosok Kartini. Berikut ini adalah daftar pahlawan wanita lain yang juga berjasa besar bagi bangsa dan negara:

1. Dewi Sartika

Dewi Sartika dikenal sebagai tokoh pendidikan wanita di tanah Sunda. Pada tahun 1904, ia mendirikan Sekolah Kautamaan Istri di Bandung, yang bertujuan memberikan pendidikan dasar dan keterampilan hidup bagi perempuan. Atas jasanya, ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1966.

2. Martha Christina Tiahahu

​​​​​​​Pejuang muda dari Maluku ini ikut berperang melawan Belanda bersama ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu. Ia terlibat langsung dalam pertempuran meski masih berusia belia. Martha Christina wafat di usia 18 tahun dalam perjalanan menuju pengasingan ke Jawa, dan jasadnya dibuang ke laut. Ia dikenang sebagai simbol keberanian perempuan Maluku.

3. Cut Nyak Dhien

​​​​​​​Cut Nyak Dhien berasal dari Aceh dan melanjutkan perjuangan suaminya, Teuku Umar, setelah gugur dalam pertempuran. Ia memimpin perlawanan rakyat Aceh secara gerilya dan dikenal karena kecerdikannya dalam strategi perang. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1964.

4. Cut Nyak Meutia

​​​​​​​Masih dari Aceh, Cut Meutia juga merupakan tokoh perlawanan terhadap penjajah Belanda. Setelah suaminya gugur, ia memimpin pasukan dan tetap bertempur hingga akhir hayatnya. Ia gugur pada 24 Oktober 1910 dan dikenang sebagai pahlawan nasional.

5. Maria Walanda Maramis
Tokoh perempuan dari Sulawesi Utara ini berperan besar dalam memperjuangkan hak-hak perempuan melalui organisasi PIKAT. Ia mendorong perempuan untuk aktif dalam pendidikan dan peran rumah tangga yang produktif demi kemajuan bangsa.

6. Nyai Ahmad Dahlan

​​​​​​​Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan adalah pendiri organisasi Aisyiyah yang menjadi bagian dari Muhammadiyah. Ia menggerakkan pendidikan dan dakwah untuk kaum perempuan. Jasanya diakui dengan gelar Pahlawan Nasional pada 1971.

7. Rasuna Said

​​​​​​​Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah orator ulung asal Sumatra Barat yang memperjuangkan hak pribumi dan emansipasi perempuan. Ia aktif dalam organisasi Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Namanya diabadikan menjadi salah satu jalan protokol di Jakarta.

8. Laksamana Malahayati

​​​​​​​Keumalahayati adalah panglima perang wanita dari Kesultanan Aceh yang memimpin 2.000 pasukan Inong Balee (janda-janda pejuang syahid). Ia berhasil mengalahkan Cornelis de Houtman pada tahun 1599. Malahayati gugur pada tahun 1615 saat mempertahankan Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis.

9. Andi Depu Maraddia Balanipa

​​​​​​​Pahlawan dari Sulawesi Barat ini berhasil mempertahankan wilayah Polewali Mandar dari Belanda dan mengibarkan bendera Merah Putih di masa penjajahan Jepang. Ia dianugerahi Bintang Mahaputera dan gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi pada 2018.

10. Siti Manggopoh

​​​​​​​Pejuang wanita dari Manggopoh, Lubuk Basung, Agam ini memimpin perlawanan terhadap pajak yang diterapkan Belanda, dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Belasting. Ia dikenal sebagai simbol perlawanan masyarakat Minangkabau.

11. Nyi Ageng Serang

Perempuan keturunan Sunan Kalijaga ini adalah tokoh perlawanan terhadap penjajah Belanda. Bahkan di usia 73 tahun, ia masih aktif memimpin pasukan dan menjadi penasihat Pangeran Diponegoro. Ia wafat pada usia 76 tahun karena wabah malaria.

12. Opu Daeng Risadju

​​​​​​​Pahlawan dari Sulawesi Selatan ini dikenal dalam perlawanan terhadap tentara NICA. Ia memobilisasi para pemuda untuk melawan penjajahan Belanda dan dikenal karena kegigihannya dalam mempertahankan kemerdekaan.

13. Ratu Nahrasiyah
Sultanah Nahrasiyah adalah pemimpin perempuan pertama di Kerajaan Samudera Pasai. Ia naik tahta pada awal abad ke-15 dan memerintah dengan bijak. Sosoknya menjadi simbol kepemimpinan perempuan dalam sejarah kerajaan Islam di Nusantara.

Perempuan Indonesia telah menunjukkan keberanian, kecerdasan, dan keteguhan hati dalam memperjuangkan kemerdekaan, keadilan, serta kesetaraan. Tidak hanya Kartini, masih banyak pahlawan wanita lain yang telah berkontribusi besar dalam sejarah bangsa. Semangat dan perjuangan mereka layak dikenang dan dijadikan inspirasi bagi generasi masa kini dan mendatang.

Baca juga: Nama-nama pahlawan wanita Indonesia

Baca juga: Kongres Wanita Indonesia usulkan dokter Rubini jadi pahlawan nasional

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |