Surabaya tuan rumah pementasan teater "Imam Al Bukhari-Soekarno"

2 months ago 9

Surabaya (ANTARA) - Kota Surabaya menjadi tuan rumah pementasan tablo teater dan musik tentang perjalanan Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno saat mengunjungi Uzbekistan pada 1956 yang diperankan langsung seniman Indonesia dan Uzbekistan di Balai Budaya Surabaya.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Kota Surabaya, Jumat menyambut hangat pementasan teater bertajuk "Imam Al Bukhari - Soekarno" dan menyatakan kebanggaannya karena Surabaya dipilih sebagai lokasi pertunjukan yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi.

"Ada satu kebanggaan Kota Surabaya ketika pementasan ini dilakukan di Surabaya. Ketika Uni Soviet waktu itu mengundang Soekarno dan Soekarno meminta untuk ditemukan dulu makam Imam Al-Bukhari, ini tidak lepas dari ketika Soekarno belajar di tokoh Islam, HOS Tjokroaminoto, pendiri Sarekat Islam," ujar dia.

Baca juga: Megawati hadiri teater seni musik Imam Al-Bukhari-Soekarno di GKJ

Dia menilai permintaan Bung Karno untuk berziarah ke makam Imam Al-Bukhari sebelum menerima undangan resmi dari Uni Soviet, menunjukkan kuatnya spiritualitas dan kedalaman keislaman sang proklamator.

"Maka di situlah Bung Karno saya rasakan bahwa tidak lepas dari Islam yang kuat ketika beliau bisa menyampaikan itu kepada Presiden Uni Soviet," kata Eri Cahyadi .

Dia juga menyampaikan apresiasinya kepada tim produksi dan aktor senior Rano Karno atas pemilihan Surabaya sebagai lokasi pertunjukan.

"Ini mengeksplorasi bahwa Soekarno dan Surabaya tidak bisa dipisahkan. Kekuatan api, semangatnya Bung Karno, api perjuangannya ada di darahnya anak-anak Surabaya," kata Eri Cahyadi.

Melalui pertunjukan itu, Eri Cahyadi berharap semangat perjuangan Bung Karno dapat diteladani oleh generasi muda di Kota Pahlawan.

Aktor senior sekaligus Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menggarisbawahi kekuatan spiritual Bung Karno dalam meyakini keberadaan makam Imam Al-Bukhari meski secara fisik belum pernah ke Uzbekistan sebelumnya.

"Saya melihatnya, selama beliau diasingkan di Ende, beliau pasti dimimpikan tempat itu. Ketika menyusun Pancasila, beliau banyak mendapat firasat atau ilmu dari hadits ini (Imam Al-Bukhari), dia menemukan kata-kata ketuhanan yang maha esa, keadilan," ujar Rano.

Baca juga: Menteri Kebudayaan resmikan Galeri Soekarno Kecil di Kota Mojokerto

Rano menyebut bahwa, pertunjukan teater itu bertujuan memperkenalkan sejarah Bung Karno kepada generasi muda. Sebab, dia menilai selama ini anak-anak muda hanya mengenal Pancasila sebagai teks, bukan sebagai hasil dari perenungan mendalam.

"Bung Karno ini bukan membuat Pancasila. Pancasila sudah ada di Indonesia, tapi, memang beliau yang merangkai, penggalinya itu beliau. Bahkan saat diasingkan di Ende, beliau membuat tim sandiwara untuk mengisi waktu. Dari situ banyak ide kebangsaan muncul," tutur Rano.

Pentas "Imam Al-Bukhari - Sukarno" digagas dan diproduksi oleh Bumi Purnati Indonesia bekerja sama dengan The Drama Theater of Kattakurgan, Uzbekistan. Pertunjukan itu tak hanya menampilkan elemen teater modern, tetapi, juga memadukan musik klasik, lagu-lagu nasional, musik tradisional Indonesia dan Uzbekistan, serta untaian zikir.

Format pementasan mengusung konsep teater arsip, yang berupaya menghidupkan kembali momen diplomatik penting dalam sejarah hubungan bilateral kedua negara.

Kunjungan Soekarno ke Uzbekistan pada 1956, yang dilakukan atas undangan Presiden Uni Soviet Nikita Khrushchev, menjadi simbol kuat diplomasi nonblok Indonesia di tengah panasnya situasi Perang Dingin. Permintaan Soekarno untuk mengunjungi makam Imam Al-Bukhari menjadi syarat sebelum dia menerima undangan tersebut.

Kunjungan tersebut kemudian dibalas Khrushchev dengan lawatannya ke Indonesia pada 1960. Kini, kerja sama Indonesia-Uzbekistan berlanjut melalui medium seni pertunjukan yang menjadi bahasa diplomasi universal.

Baca juga: Hanafi, perawat warisan intelektual Sukarno-pastor Belanda di Ende

Baca juga: Prabowo sebut Soekarno punya visi jelas meski hadapi berbagai gangguan

Baca juga: Ulasan Musikal Keluarga Cemara, kembalinya kehangatan di tengah badai

Baca juga: Musikal "MAR" bawa romansa dan sejarah dibalut karya Ismail Marzuki

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |