Banjarmasin (ANTARA) - Di suatu sore yang tenang, di pelataran rumah warga di Kelurahan Sungai Lulut, seorang pria berusia 39 tahun duduk santai di lantai rumahnya yang tanpa kursi di ruang tamu.
Pria itu adalah Rudiansyah, biasa disapa Rudi, mantan pecandu narkoba yang kini menjadi salah satu penggerak dari wajah kebangkitan di balik gelar "Kelurahan Bersinar" bagi Sungai Lulut.
Rudi merupakan mantan pencandu narkoba yang telah berhasil melewati masa perjuangan melawan kecanduan selama bertahun-tahun. Berbaju kaos oblong dan celana pendek, dia menceritakan pengalaman pahitnya saat pertama kali mencoba narkoba, hingga saat ini, di mana berusaha untuk terus pulih dan meninggalkan kecanduan.
Dengan suara yang lembut serta sedikit terbata-bata dan sesekali mengusap mata menggunakan tisu, Rudi menceritakan tentang bagaimana narkoba telah menghancurkan hidupnya pada awal 2004.
Dia mulai membuka kisahnya bahwa semua berawal dari rasa ingin tahu. Akhirnya, ia mendapatkan barang haram itu dengan mudah dan dikasih oleh teman secara gratis. Dari percobaan pertama itu, ia masuk ke dalam perasaan santai dan lupa semua masalah.
Sambil menunduk, seolah mengingat kembali malam pertama ia mulai kehilangan kendali atas hidupnya. Tidak lama kemudian, tisu yang digenggamnya perlahan naik ke matanya, menghapus air yang tak mampu ia tahan.
Bagi Rudi, narkoba tidak mengenal kelas sosial. Ia menyaksikan sendiri bagaimana zat adiktif itu begitu mudah diakses oleh siapa saja, termasuk oleh dirinya sendiri, baik dari kalangan bawah maupun atas.
Budaya permisif yang berkembang di lingkungannya, saat itu, membuat narkoba bukan lagi hal yang tabu, bahkan dianggap sebagai gaya hidup oleh sebagian anak muda.
Rudi terus bercerita bagaimana narkoba perlahan menggerogoti hidupnya. Kalau ia menyesal atas kecanduannya itu, bukan hanya soal kehilangan uang, tetapi juga hubungan, terutama dengan keluarga.
Titik balik
Dari perjalanan hidupnya, Rudi mengaku tidak ada yang benar-benar bisa membuat seseorang berubah, kecuali dirinya sendiri. Pada satu malam, dia bercermin di kamar dan merasa sudah terlalu jauh terjerembab dalam jurang. Di cermin, lesung pipitnya kembali terlihat, kali ini bukan karena tawa, tapi karena harapan.
Hanya saja, perjalanan dalam dunia narkoba bukan jalan datar. Kecanduan membawa dampak serius, tidak hanya pada tubuh dan pikiran, tetapi juga pada hubungan dengan keluarga, masyarakat, dan masa depan. Dalam sunyi, ia menyadari bahwa hidup yang dijalani sudah terlalu jauh dari nilai-nilai yang dulu ia yakini.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.