Sri Mulyani: Pasar SBN tetap menarik investor di tengah tekanan global

1 week ago 10

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kinerja pasar Surat Berharga Negara (SBN) tetap terjaga di tengah meningkatnya tekanan global.

Hal itu tercermin dari catatan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) seri benchmark tenor 10 tahun yang cenderung menurun meski mengalami fluktuasi.

Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar secara daring dan dipantau di Jakarta, Kamis, Sri Mulyani merinci yield obligasi 10 tahun turun 2 basis poin (bps) menjadi 7,00 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) pada kuartal I-2025.

Mengingat hubungan terbalik antara harga SUN dan yield, maka penurunan yield menunjukkan minat investor yang tetap tinggi terhadap obligasi Pemerintah Indonesia.

Akan tetapi, setelah libur panjang Idul Fitri 1446 H, tepatnya pada 8 April 2025, yield sempat naik menjadi 7,08 persen atau naik 5,2 bps dari awal tahun. Kenaikan itu menyusul rilis kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang diinisiasi oleh Presiden AS Donald Trump.

Namun, per 22 April 2025, yield kembali turun sebesar 4,5 bps ke level 6,98 persen, mengindikasikan bahwa pasar kembali merespons positif setelah volatilitas awal akibat kebijakan tarif AS.

Dari segi porsi kepemilikan, andil investor asing terhadap SBN naik sebesar Rp15,23 triliun (ytd) atau sekitar 14,30 persen per 27 Maret 2025.

Hingga 22 April 2025, investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp12,78 triliun, meski proporsinya sedikit turun menjadi 14,25 persen.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) telah membeli surat berharga negara (SBN) dengan total sebesar Rp80,98 triliun sejak awal tahun 2025 hingga 22 April 2025.

Pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp54,98 trilliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp26,00 triliun.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan pembelian SBN itu bertujuan untuk memperkuat operasi moneter yang mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah.

Ke depan, Perry mengatakan bahwa berbagai inovasi instrumen yang telah diterbitkan akan dioptimalkan guna terus memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.

Baca juga: BI telah beli SBN senilai Rp80,98 trilliun hingga 22 April 2025

Baca juga: Volume pemesanan ST014 di Bank Muamalat meningkat 307,5 persen

Baca juga: Ekonom imbau investor beli obligasi pemerintah saat harga emas tinggi

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |