Denpasar (ANTARA) - RSUP Prof Ngoerah menjajaki peluang mempelajari teknologi kecerdasan artifisial (AI) dan robotik di bidang layanan kesehatan dengan rumah sakit China.
Hal ini disampaikan Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUP Prof Ngoerah, I Made Darmajaya di sela-sela forum internasional Asia Medical Week 2025 di Denpasar, Jumat, dengan Bali sebagai tuan rumahnya.
“Kami tadi sudah menjajaki, bagaimana mengirim dokter kami ke Zhongshan Hospital, tinggal lihat nanti regulasinya seperti apa karena kami tertariknya di robotik,“ kata dia.
Darmajaya menjelaskan dalam forum ini hadir sekitar 40 pimpinan rumah sakit se-Asia yang mendiskusikan layanan-layanan kesehatan unggulannya.
Rumah sakit di bawah Kementerian Kesehatan ini melihat untuk Indonesia saat ini dibutuhkan kemajuan pemanfaatan AI dan robotik, dan rumah sakit di China dinilai sangat unggul, salah satunya mereka mampu menggunakan teknologi untuk pelayanan kanker.
“Zhongshan itu kan pelayanan kankernya yang bagus, dia semua pelayanan berbasis AI di sana, kita bukan berarti paling lemah, tapi kita tidak bisa memulai dari sangat bawah harus level ini supaya cepat mengikuti, kemudian pelayanan robotik juga, harus adaptasi,” ujarnya.
Baca juga: BRIN paparkan pentingnya penerapan IoMT dalam transformasi kesehatan
Baca juga: Kolaborasi kunci keberhasilan adopsi AI di rumah sakit
Jika melihat potensinya, apabila kerja sama ini segera mendapat persetujuan pemerintah, maka RSUP Prof Ngoerah dapat mengirim dokternya untuk belajar atau melakukan penelitian dengan layanan paling memungkinkan adalah robotik di bidang operasi saluran kencing urologi.
Rumah sakit juga memastikan tak sembarang sumber daya manusia yang akan mempelajari teknologi ini, dan akan disesuaikan pada keahlian dokter terkait, seperti saat ini RSUP Prof Ngoerah yang sudah memiliki dua dokter urologi bersertifikat untuk menggunakan robotik.
“Mudah-mudahan tidak ada halangan tahun depan mungkin sudah akan mulai menjajaki operasi dengan robotik, tinggal menunggu lampu hijau dari Kemenkes. Tapi saya yakin, karena Kemenkes mendorong kita untuk berlomba-lomba mengembangkan teknik operasi yang terbaru seperti robotik yang sudah tren,” kata Darmajaya.
Adaptasi dengan AI juga diperlukan, sebab era ini rumah sakit ingin bisa mengaplikasikan kecerdasan artifisial dalam pelayanan, seperti di rumah sakit Asia lainnya yang sudah membaca hasil rontgen dengan AI sedangkan dokter hanya perlu mengklarifikasi.
Sebagai tuan rumah, Bali tak ingin ketinggalan mengenalkan layanannya seperti rumah sakit lain, dengan yang dipilih adalah mengenalkan layanan eksekutif terbaru.

Para delegasi diajak berkeliling di gedung baru RSUP Prof Ngoerah yang kini memiliki layanan eksekutif ibu dan anak, gedung estetika yang belum lama diresmikan Presiden Prabowo, hingga layanan bedah tulang, sehingga diharapkan forum ini membuka peluang kolaborasi dengan keunggulan rumah sakit masing-masing.
Baca juga: BRIN ungkap sejumlah tantangan implementasi AI dalam sektor kesehatan
Baca juga: Ahli kembangkan teknologi untuk mengidentifikasi tumor otak
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.